Nggak hanya itu, lagu ini juga memuat istilah politik, yaitu Manipol/USDEK yang merupakan akronim dari Manifesto Politik/ UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia
- Dirgahayu Bung Karno - Wedhasmara
Kala membawakan lagu yang terkait dengan nama Bung Karno, penyanyi pendatang baru yaitu Rossy mendapat sambutan seru dan mulai dikenal pada 1965.
Lagu itu adalah ciptaan Wedhasmara dengan judul “Dirgahayu Bung Karno”.
Menariknya, lagu tersebut diawali dengan lirik “Setiap 6 Juni ku datang padanya” yang memiliki arti bahwa tanggal 6 merupakan hari kelahiran Bung Karno.
Dengan begitu, lagu ini berisi tentang ulang tahun Bung Karno yang mengandung doa, harapan, dan rasa kasih.
FYI, ternyata album Rossy juga memuat lagu-lagu yang mengingatkan orang tentang langkah-langkah politik Bung Karno, misalnya “Capailah Bintang-Bintang di Langit” dan “Lima Azimatku” yang merupakan karya dari Wedhasmara juga.
Lagu yang berjudul “Capailah Bintang-Bintang di Langit” ini merupakan judul Pidato Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1965, sedangkan “Lima Azimat” merupakan Panca Azimat revolusi yang berisi pesan-pesan Presiden Soekarno.
Uniknya, dalam membuat lagu-lagu tersebut, Wedhasmara cukup cermat dalam mempertimbangkan lagu yang memiliki pesan politik dibalut dengan lagu pop sehingga menyampaikan pesan tersebut secara tipis-tipis dan tidak verbal.
Dengan begitu, lagu tersebut cocok dikonsumsi oleh khalayak dengan berbagai kalangan usia.
- Mari Berlenso - Mus Mualim dan Mochtar Embut
Lagu "Mari Berlenso" karya Mus Mualim dan Mochtar Embut yang kemudian dipopulerkan kembali oleh Lilis Suryani ini menjadi bukti dari populernya lagu berbahasa daerah karena pada masa itu musik rock n roll dilarang diperdengarkan akibat sikap anti-neokolonialisme-imperialisme.