HAI-Online.com – Pernahkah lo kepikiran apa aja sih warna yang paling dominan di alam semesta yang luas ini?
Nah sebelum ngulik lebih dalam, kita harus paham dulu apa itu warna?
Menurut peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Andi Pangerang, apa yang kita persepsikan sebagai warna pada dasarnya adalah spektrum elektromagnetik yang dipantulkan kembali ke mata kita.
Baca Juga: Sebut Ahmad Dhani sebagai Fenomena, Once Mekel: Cuma Bisa Nemu 20 Tahun Sekali
Proses pemantulan spektrum elektromagnetik itu terjadi melalui tiga sel kerucut dan satu sel batang, yang terdapat di dalam bola mata kita. Di mana, keempatnya terletak di retina di belakang bola mata kita.
Masing-masing sel kerucut ini peka terhadap tiga warna, yaitu merah, hijau dan biru. Sedangkan, sel batang peka terhadap intensitas cahaya yang rendah.
Prinsip serupa diterapkan oleh alat optik yang menggunakan charge-coupled device (CCD), yakni semacam sensor yang berfungsi untuk menangkap gambar.
"Setiap spektrum elektromagnetik memiliki panjang gelombangnya masing-masing. Spektrum cahaya tampak atau spektrum kasatmata termasuk salah satu dari spektrum elektromagnetik yang masih dapat diamati oleh mata manusia," kata Andi kepada Kompas.com, Selasa (31/8/2021).
Baca Juga: Ahli Bilang Semut-Semut di TV dan Kresek-Kresek Radio, Bukti Keberadaan Big Bang di Luar Angkasa
Sementara itu, hampir dua dekade silam, Ivan Baldry dan Karl Glazebrook dari Johns Hopkins University, Maryland, Amerika Serikat telah mengumpulkan sampel cahaya dari 200.000 galaksi yang memancarkan spektrum berbeda-beda.
Sampel cahaya ini kemudian diolah ke dalam sebuah program komputer yang dapat menentukan spektrum tunggal rata-rata dari alam semesta, atau disebut juga spektrum kosmik.
Spektrum kosmik inilah yang kemudian dipersepsikan sebagai warna yang paling dominan di alam semesta, seandainya seluruh bintang di alam semesta dapat diamati oleh mata manusia pada jarak yang sama dari Bumi.