Dia mengatakan karena kondisinya tersebut, dirinya juga nggak bisa makan banyak dan harus makan sedikit-sedikit.
Pamungkas mengatakan kondisi tersebut membuatnya harus diinfus dan tekanan infus lah yang menyebabkannya dia alami half deaf/ setengah tuli, "Karena diinfusnya berbulan-bulan, tekanan infusnya efek sampingnya THT. Makanya jadi half deaf, sebelah kiri," ungkapnya.
Makanya karena kondisinya itu, Pamungkas diajarin sedari kecil untuk membaca bibir jika berbicara. Lalu, keluarganya juga diberi tahu kalau ngomong sama dia harus melalui kuping kanan.
Singkat cerita, saat umur 18, Pamungkas dengan bandnya bermain di Ambon Jazz Festival. Selama 3,5 jam naik pesawat, kemudian Pamungkas merasa kupingnya pengang 3 hari nggak hilang-hilang.
"Terus gue bilang nyokap, kenapa ya ada yang salah. Sampai ke dokter, katanya dengan tekanan udara yang menyumbat (telinga) pecah," katanya.
Setelah itu, dia mengungkapkan kalau mendengar suara AC bisa sangat kencang, "Jadi yang normal buat orang, itu nggak normal buat gue. 18 kesana udah normal," pungkasnya.
Setelah telinganya kembali normal, dia mengatakan kamarnya dikasih peredam agar suara yang didengarnya tidak terlalu kencang karena perlu adaptasi terlebih dahulu.
Pamungkas baru tahu kalau dia itu alami setengah tuli ketika kondisi telinganya sudah dalam keadaan normal, "Gue nggak tau kalau gue itu budeg. Jadi nggak pernah dikasih tau, gue taunya pas normal," ujarnya.
Jadi selama 18 tahun, Pamungkas tidak mengetahui kalau dia itu setengah tuli. Karena tekanan udara lah yang membuatnya sembuh dan bisa kembali mendengar secara normal. (*)