HAI-online.com -Sikap seorang gadis berusia 18 tahun bernama Farah Hafizah seharusnya bisa ditiru oleh banyak orang di Indonesia.
“Aku pernah membawa makanan sendiri ke kantin (sekolah), biar nggak pakai plastik gitu. Eh, di sana diketawain sama ibu-ibu kantinya. Ya udah bodo amat. Kan, fungsinya sama kaya wadah lainnya. Terus kenapa aku harus malu,” ujarnya.
Begitulah ucapan siswa SMA Internasional Bina Nusantara Serpong, Tangerang, Bantensaat bercerita bagaimana langkah kecilnya untuk mengurangi sampah plastik di lingkungan sekitarnya.
Farah meyakini langkah kecilnya itu bisa membawa perubahan besar dalam mengatasi sampah plastik di Indonesia. Ia mendapatkan informasi dari rekan-rekannya, sampah plastik telah membuat banyak biota laut mati.
Baca Juga: Telisik Sampah Plastik, Bikin Kotor Daratan Hingga Cemari Lautan Kita!
Untuk itu, ia bergabung dengan gerakan Bye-bye Plastic Bags, yang didirikankakak beradik Melati Wijsen dan Isabel Wijsen pada 2015 dan kini menarik perhatian generasi milenial.
Pada waktu itu, mereka masih berusia berusia 12 dan 10 tahun. Menurut Melati, dia dan adiknya tergugah untuk melakukan sesuatu setelah mengikuti kelas mengenai orang-orang yang membawa perubahan di sekolahnya, seperti Nelson Mandela dan Kartini.
"Waktu kami belajar tentang hal itu, lalu kami berpikir, what can we do as kid. Kami tidak mau menunggu kami sudah selesai sekolah atau dewasa. Kami ingin mulai sekarang," ucap gadis keturunan Belanda itu usai menjadi pembicara dalam APMF 2018 di Badung, Bali, Kamis (3/5/2018).
"Kami tinggal di Bali, lalu saya berpikir masalah apa yang bisa kita pecahkan. dan kami terpikir mengenai waste plastic, itu masalah besar untuk orang besar. Tetapi kita bisa berperan in our part," tambah dia.
Baca Juga: Kolaborasi Multi Pihak Demi Keberlanjutan Lingkungan, Semuanya Dimulai dari Diri Sendiri!
Dia menyebut, saat itu terdapat 40 negara yang melarang kantong plastik. "Jadi kami berpikir, kalau 40 negara bisa, ayo Indonesia, ayo Bali, kita pasti bisa," ucapnya penuhsemangat.
Dia mengaku sebagai anak yang masih kecil, dia dan adiknyanggak punyarencana ataupun strategi apapun saat memulai Bye Bye Plastic. "Hanya pikiran untuk membuat Bali sebagai pulau yang bebas dari kantong plastik, very simple," cetus gadis ini.
Dari situlah, kedua gadis cilik itu pun membuat petisi online mengenai Bali bebas dari kantong plastik. Ketika itu mereka langsung terkejut ketika mendapat 6.000 dukungan dalam 24 jam, dan hal itu menjadi momentum.
Dapat dukungan secara online, Melati dan Isabel terus bergerak. Mereka pun meminta bantuan temannya untuk mewujudkan ide itu. Mereka segera bergerak ke sekolah-sekolah untuk mengajak rekan-rekan seusia mereka agar peduli terhadap sampah plastik.
Baca Juga: Down For Life Rilis Video Lirik untuk Single Baru 'Mantra Bentala'
Jadi, gerakan milenial yang terus membesar itu berhasil menarik simpati Farah yang bersekolah di Serpong, Banten. Mereka semua ingin menjadi agen perubahan.
“Masalah sampah plastik ini memang jadi tanggung jawab kita bersama. Semuanya harus kita mulai dari langkah kecil. Kami juga memulainya dengan bertanggung jawab terhadap sampah dari kemasan yang kami produksi,” papar Karyanto Wibowo, Sustainable Development Director Danone-AQUA sembari menunjukkan sejumlah program berkelanjutan Danone-AQUA terhadap lingkungan dan masyarakat.
Menurut Karyanto, gerakan Bye-bye Plastic juga menjadi salah satu mitra kolaborasi Danone-AQUA dalam bagian dari komunitas yang berupaya mengatasi sampah plastik di lingkungan sekitar.
Baca Juga: 7 Album Lokal Keren Rilisan 2019 yang Mungkin Lo Belum Dengerin
“Kami sadar plastik adalah penemuan penting dalam peradaban manusia, tapi untuk mengatasi dampaknya kami tak bisa bekerja sendiri. Kami harus kolaborasi. Tentu, kami membuka diri berkolaborasi dengan generasi milenial yang menjadi penerus bangsa ini.”