Follow Us

Kenapa Kita Bisa Mengalami Deja Vu?

Alvin Bahar - Rabu, 20 Desember 2017 | 07:00
Ilustrasi
Alvin Bahar

Ilustrasi

Penelitian terbaru tentang deja vu yang dilakukan oleh Akira O'Connor mengungkapkan hal baru. O'Connor menyebut bahwa kenangan palsu mungkin nggak dapat disalahkan. Sebagai gantinya, bisa jadi itu adalah tkamu otak sedang memeriksa memori.

Untuk mengetahui hal itu, O'Connor mengamati otak dari 21 peserta. Para peserta diminta melakukan serangkaian tes umum untuk memicu kenangan palsu.

Para peneliti memberi peserta daftar kata-kata terkait, seperti kasur, malam, tidur sebentar, dan tidur siang. Ketika para peserta ditanya tentang kata sesudahnya, mereka cenderung memberi kata-kata yang terkait dengan apa yang pernah mereka dengar, dalam hal ini tidur.

Untuk mencoba mencipnggakan perasaan deja vu, para peneliti bertanya pada peserta apakah mereka mengetahui kata yang di awali huruf t. Para peserta menjawab nggak tahu.

Namun ketika para peneliti bertanya tentang kata tidur, peserta ingat bahwa mereka mungkin pernah mendengarnya, tapi rasanya sama semua.

Dalam penelitian ini, tim berharap melihat area otak terkait dengan memori (hippocampus) menyala. Sayangnya, itu nggak terjadi.

Para peneliti justru menemukan bahwa area yang terlibat dalam pengambilan keputusan aktif.

Oleh karena itu, O'Connor berpikir bahwa daerah frontal otak bisa membalik-balik ingatan kita. Area tersebut mengirimkan sinyal kalo ada kenggakcocokan antara apa yang kita pikir telah dialami dengan apa yang sebenarnya.

Temuan ini kemudian dipresentasikan dalam Konferensi Memori Internasional di Budapest.

"Daerah otak yang terkait dengan konflik memori, bukan memori palsu, tampaknya mendorong pengalaman deja vu," tulis O'Connor.

"Ini sesuai dengan gagasan kami tentang deja vu. Karena kesadaran akan keenggaksesuaian pada sinyal memori telah diperbaiki, deja vu menurun seiring bertambahnya usia. Padahal, kesalahan memori cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Kalo ini bukan kesalahan, tapi pencegahan kesalahan, ini masuk akal," sambungnya.

Artikel ini pertama kali tayang di Kompas.com dengan judul "Kenapa Kita Mengalami "Deja Vu"? Sains Menjelaskan"

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest