Follow Us

Cerita Bersambung HAI: Menembus Langit Ep 21

Alvin Bahar - Rabu, 08 Februari 2017 | 12:00
Ilustrasi: Gio
Alvin Bahar

Ilustrasi: Gio

Aku ambil kotak terpal buatan Mang Wiri, salah satu warga biasa yang memberi dukungan kepadaku. Di dalamnya ada bahan-bahan untuk kegiatan kali ini. Benang, kain, tali, kain flanel, kancing, dan lem perekat. Benda-benda tersebut sengaja aku bawa untuk aktivitas di Malaysia ini. Sebelumnya, aku kerap bertukar surat dengan Ibu Mery, istri salah seorang pejabat kedutaan. Aku dan beliau memang berencana memberikan ilmu berkreasi setibanya aku di Malaysia.

Makanya, begitu datang, aku langsung ditodong untuk segera memberikan pelatihan kreativitas tersebut. Padahal rasa lelah masih menggelayut. Bu Mery sudah sangat lama menunggu kehadiranku. Ia khawatir kalau-kalau aku tak sampai ke sini.

“Bagaimana persiapan kegiatan yang sudah kita rencanakan?” tanya Bu Mery dan rekan-rekannya sudah tak sabar mengutak-atik bahan-bahan yang sudah ada di hadapan. Tangan-tangan lembut mereka ingin segera bekerja.

“Sudah siap. Saya hanya butuh koran bekas dan gunting, Bu,” terangku.

Membuat kerajinan tali-temali, anyaman, dan gantungan kunci adalah beberapa kreasi yang kuajarkan. Luar biasa, antusiasme yang ada sungguh besar. Para suami pun tak ketinggalan ikut nimbrung mempraktikkan tahap demi tahap yang aku contohkan. Adapun adik-adik pengangkap tak kalah gembira membantuku membuat prakarya unik.

Senang sekali diberi kesempatan untuk berbagi ilmu. Bonusnya, alhamdulillah, aku mendapat honor dari aktivitasku singgah di kedutaan. Uang ini dianggap oleh para ibu sebagai upah jasa bagiku yang telah menularkan kreativitas tersebut.

Tak dapat dana perjalanan dari Bupati Serang, sebagai penggantinya aku menerima uang saku dari urunan para ibu di KBRI Malaysia. Tentu saja aku tak menolak pemberian mereka ini karena memang hakku yang telah memberikan pelatihan kepada mereka.

Uang itu sangat membantuku dalam meneruskan perjalanan dan petualanganku. Kusadari, inilah mungkin yang disebut pertolongan tak terduga dari Sang Maha Pengasih. Aku pun lantas teringat Mpa. Adakah ini balasan atas hal-hal yang telah dilakukan Mpa selama ini?

Sewaktu kecil, aku melihat Mpa sering menolong orang lain. Bentuk pertolongannya kadang terlihat tidak seberapa. Ya, biasanya para pedagang kue keliling, tukang ojek bahkan sampai pemulung yang sering dijumpai kerap didekati. Mpa tak jarang mengajak mereka mengobrol, mulai dari hal remeh-temeh sampai yang penting. Beliau menggali informasi tentang hal yang sering mereka alami. Soal pekerjaan mereka, pengalaman berkesan yang pernah mereka dapatkan, dan kondisi keluarga mereka di rumah. Begitu keakraban terjalin, Mpa selalu mengajak mereka untuk bersantap siang bersama. Sebuah kebiasaan yang sangat aku kagumi. Sebagai anak, sudah semestinya aku melakukan hal yang sama dan kalau bisa berbuat lebih dari itu.

Selesai menuntaskan tugas yang penuh dengan keceriaan, aku berpamitan kepada para ibu dan suami mereka serta para tamu undangan. Kemudian, tak lupa aku membagi-bagikan brosur Candi Borobudur dan tempat-tempat wisata lainnya di Pulau Jawa kepada adik-adik pengangkap. Brosur-brosur itu nantinya akan diteruskan kepada teman-teman serta guru-guru mereka di sekolah sehingga mereka tahu bahwa Indonesia punya banyak keajaiban. (*)

Oleh: Edi Dimyati

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest