Follow Us

Cerita Bersambung HAI: Menembus Langit Ep 1

- Rabu, 21 September 2016 | 12:00
Melukis Delusi
Hai Online

Melukis Delusi

Prolog

Saat kamu mengayuh sepeda, Berbahagialah jika bertemu dengan tanjakan. Karena setelah itu, Kamu akan menemukan jalan menurun yang membahagiakan.

Mengembara menjadi haluan utama Fauna semenjak SMA. Pemuda yang memiliki ambisi yang sangat luar biasa itu sengaja ingin menemukan rintangan. Buatnya, semua itu adalah mentor untuk menguji ilmu kepramukaan yang didapat sejak menjadi Siaga.

Kereta angin yang dibeli dari Tanah Abang menjadi kendaraan utama sekaligus teman perjalanan dalam menaklukan jagatraya. Sudah tak terhitung berapa juta kayuhan pedalnya. Dengan kekuatan yang ada, Fauna mencoba untuk mencapai titik terjauh yang paling sakral di dunia. Dimanakah zona itu berada ? Bisakah kau membantu menemukan tempat yang sedang aku cari di sana?” Kisah ini terinspirasi dari kisah nyata seorang anak Pramuka yang tinggal di Serang, Banten. Ada banyak kisah menarik, lucu, menegangkan, unik, haru, heroik dan kejutan yang tak terduga. Semua itu dialami saat masa-masa persiapan dan selama perjalanan mengayuh sepedanya. Dan, dari mimpi kisah itu bermula. (*)

1

MELUKIS DELUSI

If You Can Dream It You Can Do It

Dua baris tulisan itu terpatri pada batu besar yang dilumuri lumut hijau. Dilihat dari bentuk bongkahannya, umur batu yang berbentuk menyerupai kubus setinggi pinggang orang dewasa itu diperkirankan sudah lebih dari setengah abad. Permukaannya sudah tidak lagi mulus. Sebagian besar bidangnya penuh lubang akibat pukulan titik-titik air yang jatuh dari langit. Meski demikian, ukiran kalimat dua baris itu masih bisa terbaca.

Dibalik kekusaman batu, pesan yang entah siapa memahatnya itu telah memancarkan spirit luar biasa. Buatku, kata-kata itu menusuk jiwa. Apalagi dalam kondisi sekarang dimana aku memang sedang mempunyai segudang cita. Ya, sebuah kalimat itu sukses menjadi pemantik semangatku dan kata-kata tersebut berubah wujud menjadi perintah sakti yang punya peran menggedor keinginanku dulu. Ya, keinginanku kala duduk di bangku sekolah dasar. Saat aku kecil, aku punya cita-cita yang orang lain tak pernah terpikirkan. Sebuah keinginan yang banyak dihujani respon antipati dan segudang pendapat yang memihak kepada sebuah kemustahilan.

Aku melihat-lihat ke sekeliling dimana aku sedang berpijak. Mataku menelisik ke semua sudut tangkai-tangkai dan daun-daun yang menutupi sinar matahari. Banyak sekali pohon pinus berbaris rapih. Berderet, seolah mereka sedang mengawal saat kakiku melangkah, berjalan melewati jalan setapak ini. Konon, kalau kita berada diantara pohon-pohon pinus selama 15 menit saja tubuh menjadi lebih fresh. Dan, asrinya pohon-pohon lebat itu juga bisa mengurangi stres karena mereka telah menyuplai oksigen yang luar biasa. Rindang, teduh dan menyejukan hati.

Benar, suasananya membuatku terasa segar sekali, tapi aku mulai bertanya. Heran dengan kondisi yang ada. Mengapa tiba-tiba aku berada di tengah hutan ?. Seorang diri di tengah rimba, tanpa teman di sisi. Mengapa juga tiba-tiba saja aku dihadapkan oleh bongkahan batu besar ini ?. Aku tak ingat sama sekali dengan suasana yang belum dimengerti kronologis hingga sampai di sini. Seperti manusia yang baru dilahirkan dan pertama kalinya menginjak bumi.

Lama aku berfikir. Mencari tahu sebab musabab aku bisa berdiri di sini. Namun, aku tak mendapatkan satu alasan pun yang menjadi penyebabnya. Tidak ada jawaban mengapa dan siapa yang mengantarkanku ke tengah belantara.

Saat hatiku berkeluh, tak berapa lama kemudian ada sesuatu yang bergerak dalam semak di samping batu tadi. Pergerakannya mengusiku untuk mencari tahu ada apa dibalik kumpulan ilalang itu. Semoga saja yang aku khawatirkan tidak pernah terjadi. Jangan sampai sosok yang mencuri perhatianku itu adalah ular besar atau malah hadir macan berperawakan besar yang siap menerkam manusia dihadapannya. Jantungku berdegup keras, dan bersiap untuk berlari sekencang mungkin kalau saja rasa was-was itu menjadi nyata.

Kumpulan ilalang yang tumbuh di sisi batu itu terus bergoyang. Goyangannya menandakan sebentar lagi sosok teka-teki yang membuatku penasaran akan keluar. Perlahan, wujud mahkluk bernyawa itu muncul. Ternyata seekor kuda bercula satu menampakan kepalanya. Giginya meringis, ia melihatku malu-malu. Sebentar muncul dan sekejap kemudian mundur. Nampaknya ia sedang mencari tahu apakah aku ini membahayakan atau tidak. Aku tak akan mengusiknya, biarlah kuda manis itu memutuskan sikapnya. Setelah aku tunggu beberapa menit akhirnya mahkluk yang bersembunyi tadi keluar juga. Binatang yang punya perawakan bagus itu menampakan diri dan menghampiriku dengan rasa khawatir.

Melukis Delusi
Kalau dilihat dari mimik wajah dan gestur tubuh, sepertinya ia kesepian. Nampak kuda manis itu punya keinginan mencari sahabat. Kalem sekali bawaannya. Sosoknya terlihat maskulin, tapi kalau dilihat dari sisi berbeda nampak terlihat feminim. Ya aku tahu, ini adalah Unicorn. Makhluk legendaris yang dikenal dari cerita rakyat Eropa.

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest