XT: Terdapat dua faktor penting dalam urusan perkembangan emosional sewaktu kami merekam “Phases of Hue”.
Baca Juga: Kenalin Nih ATOMIC NO.13, Band Baru Personel Polka Wars, Heals, dan Rusamilitan
Yang pertama, bahwa kami telah sadar dan menerima sepenuhnya kondisi sebagai anak muda yang telah beranjak dewasa sehingga ekspresi yang keluar begitu apa adanya, tanpa ada pretensi sedikit pun.
Yang kedua, lagu ini dan terutama calon rilisan EP kami nanti akan menjadi proses muntah yang murni.
Oleh karena itu tidak heran jika dua lagu di sana yang telah kami terbitkan sebagai dua single awal terasa seperti ini: “Phases of Hue” lebih galak, sedangkan “Tien Shinhan” cenderung slebor.
Ceritakan proses penulisan dan perekaman single “Phase of Hue” di mana kalian kembali bekerja dengan produser Lafa Pratomo (Danilla, The Panturas, Sal Priadi, Nadin Amizah).
XT: Kami nyaman bekerja dengan Lafa Pratomo, merasa satu frekuensi dengannya. Dia adalah produser jempolan.
Kami menumbuhkan “Phase of Hue” hingga membuat jiwa dari lagu tersebut mencuat keluar. Bisa dibilang dia adalah personel keempat Polka Wars sebagai mentor.
Dalam menulis lagu biasanya gue akan berkontribusi melalui referensi, sedangkan Aeng (Karaeng Adjie) menyuntikkan jiwa, dan Deva (Giovanni Rahmadeva) memberikan gambaran abstrak soal emosi yang dibutuhkan.
Sementara Lafa, dia akan menyatukan semuanya, semacam menambahkan sel-sel yang kurang agar lagunya termasak dengan baik, memiliki sonik tekstur yang matang.
Salah satu bagian terbaik dari “Phases of Hue” terletak di outro yang diaransemen secara megah, memberi nuansa anggun yang dibutuhkan oleh lagu itu.
XT: Bagian itu merupakan perkawinan emosi yang berasal dari emosi lirikal Aeng dengan sentuhan abstrak milik Deva. Juga hasil kontribusi terakhir dari Billy, ketika dia memainkan solo gitar di saat klimaks chorus selepas crescendo terakhir.