HAI-Online.com - Universitas Sumatera Utara (USU) telah melantik 1.550 orang wisudawan-wisudawati periode III tahun akademik 2021/2022, yang berlangsung selama dua hari, Senin (6/6/2022) hingga Selasa (7/6/2022).
Mereka merupakan para mahasiswa/i yang sudah menyelesaikan studinya mulai dari Februari hingga April 2022.
Di antara 1.550 orang itu, ada dua orang wisudawan yang meraih gelar cumlaude dan IPK tertinggi pada programnya masing-masing.
Keduanya yakni Rizki Ramadhan yang berhasil menyelesaikan program magisternya dari Program Studi Akuntansi, dengan masa studi 2 tahun 1 bulan dan meraih IPK 4,00.
Juga Mikhael Pandapotan Siregar yang berhasil menuntaskan program sarjananya dari Program Studi Psikologi dengan masa studi 3 tahun 7 bulan dengan IPK 3.97.
Meraih IPK sempurna, Rizki merasa bangga pada pencapaiannya dan mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas berkah yang diterimanya.
Ia juga berterimakasih kepada kedua orangtuanya, seluruh keluarga dan para sahabat yang mendukung perjalanannya hingga sampai di titik ini.
Rizki mengungkapkan alasannya memilih Program Magister Akuntansi karena mau melanjutkan secara linear program studi ketika mendapatkan gelar sarjana yaitu program studi D4 Akuntansi Keuangan Publik.
Setelah wisuda, ia berencana akan mendaftarkan diri menjadi pengajar atau dosen di universitas yang ada di seluruh Indonesia. Serta ia berharap dapat diterima jadi dosen.
“Orang tua selalu ngedukung gue, sampai gue dapet predikat nilai tertinggi saat ini. Gue selalu minta doa ke orang tua ketika gue melangkah, dan semua yang gue dapetin karena doa orangtua yang kuat,” kata Rizki penuh haru, dikutip dari laman USU.
Memaparkan sistem belajar yang didapatkannya selama di USU, menurutnya sudah sangat baik.
“Dari pengajaran yang dikasih dosen-dosen selama ini sangat jelas buat gue. Jadi walaupun gue kuliah daring, tapi nggak ngurangin kualitas sistem belajar yang diinginkan,” imbuhnya.
Lelaki itu mengaku, sebenarnya ia nggak pernah kepikiran bakal jadi dosen sebelumnya. Bahkan, ketika kecil ia maunya jadi seorang prajurit TNI, mengikuti jejak sang ayah.
Tetapi ia berubah pikiran ketika melihat sosok salah seorang keluarganya yang bekerja jadi dosen.
Selain berprestasi di program magister, saat kuliah di Politeknik Negeri Medan, ia juga meraih predikat cumlaude.
Selain itu, buat kegiatan di luar kampus, Rizki pernah dapet peringkat 3 terbaik dalam bina metal fisik dan disiplin di Rindam I BB Pematangsiantar dan mendapatkan sertifikasi akuntansi yunior dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi.
Rizki juga pernah bekerja jadi tenaga kontrak bagian perpajakan di PTPN IV Medan dan menuntaskan PKL di PT Pelindo I (Persero) Medan.
Sebagai alumni, Rizki turut mendoakan semoga USU dapat menjadi wadah terbaik untuk para mahasiswanya dalam mengembangkan diri dan talenta yang dimiliki.
Senada dengan Rizki, Mikhael Pandapotan Siregar, S.Psi, juga mengungkapkan perasaannya yang sangat bangga karena bisa bersanding dengan orang-orang hebat lainnya.
Ia merasa bersyukur dan berterimakasih pada Tuhan dan diri sendiri, karena hasil jerih payah dan berbagai dinamika yang dilaluinya sepanjang menyelesaikan pendidikan, akhirnya berbuah manis.
Meskipun nggak bisa dipungkiri, ada perasaan takut karena menyandang ekspektasi yang juga cukup tinggi dari berbagai pihak.
Alasan ia memilih Prodi Psikologi karena ingin mengembangkan kemampuan yang dimiliki setiap individu, khususnya di bidang akademik.
“Di sisi lain, gue juga tertarik buat mendengarkan dan memahami dinamika tiap individu, bukan cuman dinamika permasalahan akademiknya, namun di berbagai aspek kehidupannya. Sehingga, gue akhirnya berpikir-pikir kembali dan kemudian memilih jurusan psikologi,” ungkapnya.
Setelah diwisuda, rencana selanjutnya adalah mencari pekerjaan dengan peminatan di bidang human resource.
Setelah dirasa sudah punya pengalaman yang cukup dan stabil secara finansial, maka ia bakal melanjutkan pendidikan untuk meningkatkan kemungkinan karir yang dapat dicapai dan mengejar keinginan untuk menjadi seorang dosen/pengajar.
Bercerita tentang sistem belajar yang dilakukannya selama ini, Mikhael menjelaskan bahwa sederhananya terkait dengan refleksi, sharing, dan juga uji coba.
“Jadi, selama belajar, gue ngerangkum materi-materi tiap mata kuliah dengan bahasa gue sendiri. Kalo nggak paham, gue coba cross check di sumber lain,”
Materi kuliahnya pun seringkali ia hubungkan dengan contoh nyata di kehidupannya, mengingat jurusannya membahas soal manusia itu sendiri.
Selain itu, ia juga buat kelompok kecil setiap menjelang ujian, yang isinya bikin mentoring kecil-kecilan biar lebih paham sama materi ujiannya.
“Terakhir, gue bikin soal sendiri dari materi yang ada lewat google form dan coba jawabnya pas menjelang jam ujian,” paparnya.
Baca Juga: Daftar UNDIP Jalur Ujian Mandiri, Tes UM Bisa dari Rumah!
Arti pendidikan buat Mikhael adalah terus bergerak maju dan memperbaiki diri dari pengalaman yang ada.
Bukan cuman di bidang akademik, tapi juga dalam sikap, perilaku, dan juga berbagai aspek kehidupan lainnya.
Mikhael juga menunjuk orang tuanya sangat memegang peranan dalam hidupnya. Menurutnya, orang tua bagaikan minyak yang terus bikin dia semangat buat ngejalanin kehidupan.
“Karena ketika gue ngerasain sulitnya kehidupan, gue selalu ingat kalo orang tua gue selalu mendoakan gue setiap hari. Keinginan untuk membanggakan orang tua juga menjadi penggerak gue buat terus all out dalam kehidupan,” katanya.
Mikhael juga telah membukukan beberapa prestasi di dalam dan luar USU.
Di antaranya, juara 1 Lomba Video Pendek Nasional Psygeneration Fakultas Psikologi USU, Juara 1 Lomba Essay Nasional Psychojournalistic Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember dan Awardee Program Kepemimpinan Tanoto Foundation.
Mikhael juga pernah bekerja di sejumlah perusahaan, di antaranya; CV. PSYLUTION INDONESIA sebagai Human Resource Intern dan PT. LINGKAR HIJAU INDONESIA (SUSTAINATION) sebagai Community Development - Project Intern.
Ketika ditanya tentang cita-citanya, Mikhael mengaku sebenarnya ingin jadi dosen atau tenaga pengajar.
Namun kalau terkait dengan konsistensinya, ia kini tidak lagi terpatok untuk menjadi guru, namun juga bisa menjadi konselor, Human Resource, dosen, dan lainnya.
“Setelah berkuliah di fakultas Psikologi USU, wawasan gue jadi lebih kebuka dan paham kalo konteks pengajar ini bukan cuman terbatas di dalam kelas aja, namun bisa di bidang organisasi, klinis, dan lainnya.”
Terkait pengalaman berkesan selama kuliah di USU, ia menyebut banyak sekali.
Seperti menunggu dan jalan-jalan keliling USU naik LINUS, kasih makan rusa di depan Biro Rektor, makan-makan dan cerita bareng teman-teman di Gelanggang Mahasiswa, dan seru-seruan di berbagai event fakultas-fakultas USU seperti Bunkasai, dan lain-lain.
Sayangnya, banyak momen yang terlewat akibat pandemi dan belajar harus dari rumah.
Baca Juga: Bareng brand Jepang, Cottonology Rilis Koleksi Baru Bertema Pokémon
Ia berharap semoga pembelajaran luring dapat segera terlaksana dan para mahasiswa bisa merasakan lagi momen-momen indah berkuliah di USU. (*)