HAI-Online.com - Bagi sebagian besar band yang memulai kariernya dari bawah tanah, merilis album keduanya nggak ubahnya pencapaian gede.
Hal yang sama juga terjadi dengan The Panturas. Sepekan lalu (10/09), kuartetbangorini baru saja melepas anak kedua mereka dengan tajuk 'Ombak Banyu Asmara', buah dari kesuksesan besar yang mereka terima dari album debut 'Mabuk Laut'.
Baca Juga: Review Album: Ombak Banyu Asmara, Pelayaran Terjauh dari The Panturas
Dengan pencapaian besar di tengah proyek yang cukup masif ini, The Panturas belum lagi ingin melupakan akar mereka saat lahir enam tahun lalu.
Kini dihuni oleh Kuya, Abyan, Ijal, dan Gogon; merekabahkan masih sangat bangga untukmengakuiJatinangor sebagai tanah air yang sangat berjasa bagi The Panturas.
Cerita ini disampaikan rekan-rekan Panturas dengan sangat hangat pada Selasa kemarin (14/09) via Instagram HAI.
Sekelumit tentang Jatinangor
Bisa dibilang,kecamatan inilah yang menjadi rahim pertama bagi embrio The Panturas untuk melanggengkan aksi-aksi selancar necisnya hingga saat ini.
Letaknya yang strategis - jauh dari Kota Bandung dan dari pusat Kabupaten Sumedang - membuat para pemuda Jatinangor kerap harus memutar otak untuk menyiasati hiburan yang terbatas.
Alhasil, Jatinangor yang sebagian besarnya dihuni oleh para mahasiswa - setidaknya tiga hingga empat kampus besar - ini menjadi sangat berwarna dan membentuk sebuah iklim bawah tanah yang sehat.
Sedari dulu, kondisi serba terbatas dari Jatinangor inilah yang membuat banyak band-band keren akhirnya bermunculan. The Panturas, tentu saja adalah salah satu produknya.