HAI-ONLINE.COM -Kayaknya ngomongin metal masih asik nih. Tapi kali ini HAI nggak bakal ngebahas dinamika permetalan lokal dulu, udah cukup dramanya untuk pekan ini.
Untuk menyegarkan ingatan kalian akan akar bagaimana metal bisa ampe “kayak gini” di Indonesia - silahkan maknai terma “kayak gini” sesuai interpretasi kalian masing-masing – tentu kita harus ngebahas salah satu aktor pentingnya.
Nggak usah mikir jauh-jauh dulu deh, kali ini kita bakal ngomongin Metallica aja kok. Apa yang masih menarik dari Metallica? Ya banyak lah, gini aja masih ditanyain.
Aktif sejak 1981 (HAI masih sedikit lebih tua sih dari mereka), Metallica nggak hanya besar sebagai raksasa thrash metal.
Pencapaian mereka sebagai grup musik nggak sebatas bikin lagu keras aja, mereka sukses menjelma jadi ikon klasik, dan juga modern, buat metal.
Kalo udah masuk ranah band gede yang sangat populer, tentu kita nggak bisa ngelepasin yang namanya haters dan cibiran buat mereka.
Pasca era keemasan mereka di era 1990-an akhir, Metallica banyak menghadapi batu sandungan dan juga kontroversi, termasuk sindiran yang mengatakan kalo Metallica bukanlah lagi band metal, kreativitas dan pemahaman mereka tentang metal dianggap sebagai “metal yang gitu-gitu doang”.
Benarkah penyematan tersebut? HAI sih menganggap kalo sengebosenin apa pun Metallica, mereka tetep pantes untuk didapuk jadi ikon metal abad ini, simak 5 alasannya di bawah!
Metallica vs New Wave of British Heavy Metal
Kalo dibandingin sama band-band metal klasik era NWOBHM (New Wave of British Heavy Metal), Metallica keitung muda banget, dan bisa dibilang bukan pionir metal banget.
Dirunut lewat sejarah, "rekan seperjuangan” mereka di negeri seberang, Iron Maiden dan Mötorhead kebentuk sejak 1975; sementara dua dedengkot heavy metal, Black Sabbath dan Judas Priest malah jauh lebih senior lagi, secara berurutan, Sabbath berdiri pada 1968, dan Judas Priest lahir setahun setelahnya pada 1969.
Lantas apa yang ngebedakan Metallica dengan para seniornya tersebut? Mungkin juga boleh dikatakalo Metallica malah sedikit terinspirasi oleh keempay band asal Inggris di atas.
Namun, dilatarbelakangi oleh keadaan politik saat itu - Inggris lagi di bawah kepemimpinan Margaret Tatcher yang terkenal rada kaku, bahkan pada 1982, ada invasi dan perang yang terjadi di Falkland Islands, selatan Argentina – yang ngebuat band-band NWOBHM jadi kurang leluasa untuk eksplorasi karena keadaan politik yang lagi panas.
Sementara itu di sisi sebaliknya, Amerika Serikat saat itu berada di bawah kepemimpinan Presiden Ronald Reagan yang dikenal sangat liberal, baik dalam pendekatan ekonomi maupun pandangan politiknya. Laissez-faireabis deh pokoknya.
Dengan keleluasaan dan perayaan punk pasca era CBGB, band-band keras di Amerika pun menjadi semakin leluasa dan “sak karepe dewe” untuk meluapkan energi mereka, Metallica pun termasuk di dalamnya.
Lebih kurang, faktor tersebut menjadi hal penting bagaimana Metallica kemudian berhasil keluar dan jadi band metal yang lebih “ampuh” buat dikenal lebih banyak orang.
Perseteruan Dave Mustaine vs Metallica (James Hetfield)
Pembahasan tentang dua individu yang kini udah jadi kakek-kakek ini emang nggak pernah lekang oleh waktu.
Masa awal mereka bareng, duo ini dinilai bakal jadi sesuatu yang nggak pernah hadir sebelumnya. James Hetfield sebagai lead vocalist dan rhythm guitarist dengan riff tebelnya disempurnakan oleh shredding ciamik dari Mustaine.
Kalo misal dianalogikan ke term sepak bola, mereka mungkin udah kayak pasangan emas Tsubasa Ozora – Taro Misaki atau Tachibana Bersaudara, klop banget.
Kalo mau dengerin sumbangsih Mustaine di Metallica, coba kalian dengerin era album Kill ‘Em All (1983) dan Ride The Lightning (1984); materi-materi di album ini masih kerasa dampak dari Mustaine yang masih amat kental dengan teknik shredding yang sadis.
Tapi apa mau dikata, dua sosok dominan di dalam satu entitas emang susah untuk disatuin. Belum lagi ada juga Lars Ulrich yang juga punya suara cukup penting di Metallica.
Puncaknya adalah pada bulan April tahun 1983, Hetfield dkk yang jengah ama kelakuan Mustaine muda – doi demen banget mabok dan temperamen - udah latian bareng aja sama Kirk Hammet.
Bangun dalam kondisi serba hangover dan mengetahui kabar tersebut, Mustaine pun muntab dan akhirnya memutuskan untuk perang dingin, terutama sama James Hetfield dan Lars Ulrich.
Dalam setiap konflik dan perseteruan, tentu ada hikmah positif yang bisa diambil; James Hetfield bisa lebih leluasa untuk menjadi seorang “leader” di tubuh Metallica, sementara Dave Mustaine yang ngebentuk Megadeth akhirnya bisa menjadi seorang Dave Mustaine yang dia inginkan.
Hasilnya? Bisa kalian lihat sendiri sekarang. Toh mereka berdua akhirnya lambat laun meredam panasnya tensi, bahkan dimulai sejak 1993 lalu, Mustaine dan Metallicasering kedapetan “reunian” saat Megadeth dan Metallica lagi main di event yang sama.
Hingga kini mereka pun cukup berdamai setelah sering memuji satu sama lain meski udah nggak berada di satu lini.
Post Dave Mustaine: Era Big Four of Thrash Metal Bands
Dalam penjabaran di poin sebelumnya, bisa terlihat kalo awal 1980-an menjadi contoh bagaimana privilege politik dan budaya menjadi faktor penting gimana band – khususnya band cadas – jadi semakin tumbuh dan berhasil berkembang secara sempurna.
Di era tersebut, empat dedengkot thrash metal kemudian lahir, selain Metallica, kita juga mengenal nama seperti Slayer, Anthrax, dan Megadeth, yang kemudian dikenal sebagai Big Four of Thrash Metal Bands.
Kesemua nama di atas lahir di tahun yang sama (1981), terkecuali Megadeth yang hadir pada 1983 buntut perseteruan Dave Mustaine dengan band lawasnya, Metallica.
Masing-masing big four tentu punya banyak kelebihan masing-masing yang bisa ditonjolkan; seperti Slayer dan Anthrax yang lebih ngebut dan beringas; Megadeth yang tentu terkenal dengan sayatan-sayatan gitar berbahaya dari Mustaine-nya.
Metallica? Mereka memilih untuk menyeimbangkan semua hal menonjol tersebut, dan bisa dibilang sejak memasuki era ini, Metallica semakin merajalela dalam menasbihkan mereka sebagai band metal yang paling dikenal oleh semua kalangan sepanjang masa.
Karakter Kuat dari Masing-Masing Personel
Lars Ulrich dan James Hetfield sebagai founder dari Metallica secara nggak langsung adalah dua sosok paling dominan yang ada di dalam tubuh Metallica.
Sebelum mereka seperti sekarang, lini gitar bass bisa jadi jadi satu-satunya departemen yang sering gonta-ganti personel.
Bassist original Ron McGovney cuma awet setahun setelah doi nggak betah ama kelakuan Mustaine, doi pun digantiin sama mendiang bassist ikonik Cliff Burton.
Naas, udah cocok dan ngeklop banget sama bassist barunya ini, Metallica harus berpisah lagi sama bassist setelah Cliff Burton meninggal dalam kecelekaan tragis saat lagi tur di Swedia.
Lepas era itu, Jason Newsted pun akhirnya masuk dan maen bareng Metallica dalam waktu yang cukup lama sebelum Robert Trujillo akhirnya masuk sejak 2003 sampe sekarang.
Sisanya? Kayaknya nggak perlu banyak kalimat deh untuk menjelaskan sumbangsih James Hetfield dan Lars Ulrich.
Emang pasti banyak debat soal ini, apalagi tentang kemampuan Lars Ulrich yang sering dianggep sebagai salah satu drummer metal paling tidak jago yang pernah ada.
Yakin tuh? Kalo buat HAI sih, skill dan teknik bermain emang perlu. Cuma kalo Lars Ulrich bukanlah sosok yang luar biasa, nggak mungkin juga doi bisa bertahan di Metallica ampe sekarang. Untuk bertahan di band sekelas Metallica bukanlah hal yang mudah fren.
Namun dengan karakter masing-masing personel yang kontribusinya nyata, mereka consider untuk nggak bongkar pasang personel kalo nggak perlu-perlu banget, dan metode ini ternyata berhasil kan?
Risk Taker (Masuk ke Ranah Pop)
Ini dia faktor utama yang akhirnya menasbihkan Metallica kemudian jadi ikon metal terbesar yang pernah ada.
Beberapa dekade mendominasi kultur metal internasional, hadirlah helatan MTV Icon 2003 yang digelar oleh jaringan televisi musik MTV untuk menjadi gerbang awal Metallica mulai dikenal sebagai band metal yang ngepop abis.
Dalam artian luas, pop di sini merujuk pada definisi dasar dari pop yang merupakan singkatan atau slang word untuk kata populer dalam Bahasa Inggris.
Kini, walaupun pasti masih banyak banget individu yang belum kenal dengan Metallica; seminimal mungkin pasti udah pernah denger nama atau ngeliat logonya.
Metallica juga menjadi salah satu band yang merchandise-nya sering banget dipake oleh berbagai kalangan, banyak awam yang memilih untuk make t-shirt Metallica tanpa mengetahui jenis musik dan materi-materi lagunya.
Secara semiotika, pemakaian t-shirt atau merchandise Metallica kini bisa diartikan sebagai penampilan yang serba metal dan “ngerock abis”.
Kini, dengan mudah pun kalian bisa menyaksikan logo Metallica pada lembaran t-shirt di gerai fast fashion kesayangan kalian.
Kalo kita bicara tentang metal sebelumnya - hanya sebagai rangkaian musik serba berat nan beringas yang sukar untuk dibawakan – melainkan juga sebagai sebuah value, metal sudah memiliki pakem dan fondasi solid yang kemudian seakan menjadi standarisasi bagi setiap band metal di seluruh dunia.
Baca Juga: 5 Alasan Utama Kenapa Metal Nggak Akan Pernah Mati di Indonesia
Metallica, bagaimana pun berjasa atas hal tersebut. Semetal-metalnya lo, senggak demennya lo sama Metallica atau thrash metal, Metallica adalah hal pertama yang sering lo dengar saat kalian mulai kenal metal.
Metallica dengan metalnya nggak sekadar bersinergi sebagai sekelompok musisi yang menciptakan karya musik.
Keempat orang ini sudah merubah entitas mereka sebagai grup musik untuk menjadi sebuah brand yang sukar untuk digantikan band-band lain – yang mungkin secara materi dan teknis, mereka mungkin dinilai lebih keren.
Untuk itu, 7 penjabaran di atas adalah analisis dan alasan HAI yang menjelaskan kalo belum ada lagi hingga saat ini band metal lain yang cocok untuk disematkan sebagai ikon metal, selain Metallica.