“Nggak jelas sih alasannya. Biasanya cuma nyolot-nyolotan liat-liatan. Mungkin karena energi kita yang kegedean ya waktu itu kita masih SMA,” kekehnya.
Lebih lanjut Tutut menjelaskan kenapa duel tersebut secara turun temurun selalu dilakukan dengan anak Gonzaga.
“Karena konsep satu lawan satu mungkin cuma bisa diterima sama anak Gonz. Karena memang karakter anak Gonz itu emang sebenernya nggak jauh berbeda dengan anak PL, dari bagaimana kita temenan mungkin salah satunya,” ujar dia.
Ricky 'Indies' Lionardi, alumnus PL lain mengamini hal yangdiungkapkan Tutut.
"Kalo ada masalah pribadi, gue rasa nggak ada. Gue bahkan nggak tau dia siapa da sebaliknya. Kita tunjuk-tunjukkan aja, terus partai," ujarnya.
Baca Juga: Mendikbud Pastikan Setelah Mei 2021 Nggak Ada Lagi Kuota Gratis
Punya aturan pertandingan khusus
Partai satu lawan satu PL-Gonzaga ini sendiridiungkapkan para alumni bukan sekadar berantem atau tawuran antarpelajar.
Mereka punya aturan khusus yang nggak boleh dilanggar setiap peserta.
"Kita bikin lingkaran. Panggil satu-satu siapa yang mau maju," ujar Benson 'Mbah Jombreng' Santjoko, alumnus PL dari angkatan yang sama.
"Peraturannya, ketika lo jatuh, nggak boleh diserang. Ketika sudah berdarah, dia dianggap kalah, atau ketika mereka berhenti menyerang," jelas Benson.
Satu hal yangjadi pondasi merekauntuk partai tersebut yakni nggak boleh ada keroyokan.Prinsip tersebut pun dipegang teguh oleh setiap siswa dari kedua sekolah.