Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Sejarah Musik Emo di Indonesia: Dari Muncul, Redup, hingga Bangkit Lagi

Alvin Bahar - Senin, 21 Desember 2020 | 09:00
Killing Me Inside
HAI

Killing Me Inside

Selalu terlihat fashionable dengan poni belah pinggir yang rapi jadi tampilan anak emo saat itu.

Untuk ukuran musik yang hadir dari skena underground, Emo dianggap jadi begitu "banci" karena kebanyakan dandan. Dari skena yang sama namun berbeda genre, anak-anak Emo mulai diuji mentalnya.

"Ah, band musiman, paling bertahan dua tahun aja. Band apa ini, nggak ada skillnya, paling susah maju! Ada juga kaya anak street punk gitu, acungin jari tengah pas kami lagi manggung, tapi ikut nyanyi, hapal liriknya, Ya semacam itulah, hahaha...," kata Athink, perihal nyinyiran yang datang ketika awal terbentuknya Alone At Last.

Selain cerita dari Athink dan Alone At Last, Josaphat juga bercerita tentang momen KILLMS mulai menanjak karirnya.

Ketika mereka mulai sering tampil di pensi-pensi dan sudah menjadi band yang mendapat fee, KILLMS pernah kembali mendapat undangan untuk tampil di gig, tapi ada aja sambutan yang nggak mengenakan buat kehadiran KILLMS ke acara komunitas itu.

Sekelompok orang yang nggak suka malah melempar botol ke arah panggung.

"Saat itu manajemen memutuskan untuk menghentikan panggung. Ya, ada di acara yang salah aja si, acara yang mengkotak-kotakan genre. Kalau saling menghargai harusnya ya santai aja, toh kalau nggak mau dengar musik kami kan bisa keluar venue dengerin aja dari HP pakai earphone lagu dari band favorit mereka," kata Josaphat.

Walaupun cukup mendapat hantaman kiri kanan, toh, band-band emo ini masih bisa berjaya.

Menurut Athink, dirinya bersama Alone At Last mencapai puncak kejayaan dari periode 2004 hingga 2008. Tiap akhir pekan selalu ada jadwal manggung untuk mereka.

"Saat itu, band-band yang tampil itu bisa dibayar atau nggak, tergantung EO-nya. Tapi, yang pasti band yang tampil nggak disuruh bayar untuk kolektif sepertinya. Adanya sistem kolektif itu baru ada di 2008 ke atas kayanya deh," kata Aldy, perihal jadwal manggung dan acara-acara untuk band emo saat itu suksesan band-band emo di awal hingga pertngahan 2000-an lat laun mulai meredup. Entah karena telah sampai di titik jenuh atau ada penyabb lain, beberapa band emo mulai lama nggak terdengar namanya.

Masih menurut Aldy, biasanya, band-band itu menghilang karena para personilnya mulai bekerja kantoran, atau mempunyai usaha, sehingga nggak ada lagi waktu untuk nge-band

Sehingga, yang bertahan hanyalah band-band yang telah fokus untuk menjadikan band sebagai pekerjaan, dan sisanya adalah mereka yang masih mau menyisihkan waktu mereka untuk tetap bermusik.

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x