Follow Us

Sejarah Musik Emo di Indonesia: Dari Muncul, Redup, hingga Bangkit Lagi

Alvin Bahar - Senin, 21 Desember 2020 | 09:00
Killing Me Inside
HAI

Killing Me Inside

Yap, di Indonesia, emo tumbuh pada kisaran 2003-2006 dan membesar setelahnya. Nggak heran jika 2008 dianggap sebagai momen puncak yang paling dikenang.

Emo Pernah Tiba-tiba Menjamur

gigs musik emo
HAI

gigs musik emo

Balik lagi ke gig di tahun 2015 yang bernama Risorgimento itu. Di sana beberapa "alumni" KILLMS kembali berkumpul bersama dan merasakan atmosfir gig di era pertengahan 2000-an, ketika wabah emo tengah melanda di seantero Ibu Kota, dan menjalar ke beberapa kota lainnya di Indonesia.

Sebelum KILLMS dikenal banyak orang, masih di era itu, nama-nama seperti Killed By Butterfly, Seems Like Yesterday, The Side Project, Jakarta Flames, Sweet As Revenge juga telah dikenal.

Menurut Aldy, gitaris sekaligus frontman Seems Like Yesterday, geliat band-band emo di luar kota selain Jakarta juga cukup tinggi, ada nama-nama The Astronauts dan End of Julia dari Yogyakarta, sedangkan dari Bandung ada Alone at last, Love Hate Love, hingga Jolly Jumper.

"Dulu, pas gue awal nge-band, belum ada scene emo. Band emo pun masing-masing mainnya di acara melodic atau gig campuran hardcore/ metal. Acara pertama yang ada emo-emonya itu kayaknya We No Need No Emo 1, di Rogue, Kemang, Jakarta Selatan. Sekitar 2003 atau 2004-an gitu," kata Aldy.

Selanjutnya, perkembangan emo di Indonesia semakin masif. Aneka gig yang diisi band-band emo semakin banyak.

Hal ini juga cukup dipengaruhi oleh band-band yang tengah digemari di Barat sana. Mulai dari Finch, Saosin, A Static lullaby, The Used, Underoath, Matchbook Romance, hingga yang mainstream seperti My chemical Romance mempunyai penggemarnya sendiri.

Baca Juga: RAN Tutup Tahun 2020 dengan Single Baru ‘Orang yang Paling Kubenci’

Sempat Dihadang Gerakan Antimo (Anti-emo)

Cepat berkembangnya emo saat itu, berbanding lurus pula dengan yang nggak suka dengan mereka.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest