Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Kisah 25 Tahun Superman Is Dead: Dari Ditipu Distro Hingga Dituduh Rasis Terhadap Jawa

Alvin Bahar - Selasa, 18 Agustus 2020 | 08:00
Superman Is Dead
HAI

Superman Is Dead

HAI-ONLINE.COM – 18 Agustus 1995, trio punk asal Bali, Superman Is Dead, lahir. Berikut perjalanan 25 tahun Eka, Bobby, dan JRX dari "band kampung" hingga melanglang buana.

“Kami komunitas street punk Medan menolak SID,” ujar pemilik nama Ari “Jerinx” Astina, mengingat kembali selebaran yang beredar saat konsernya di Medan, beberapa tahun silam.Waktu itu, 7 Oktober 2003. Trio Punk Rock asal Bali, Superman Is Dead (SID) dijadwalkan akan menghelat konser di area Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Rencananya, Jerinx cs. yang menjadi guest star malam itu bakal tampil di hadapan ribuan penonton yang memang sudah memadati area kampus.SID tentunya menantikan moshing penuh irama, sampai ribuan orang yang tiba-tiba membentuk koor massal menyambut jagoan Pulau Dewata ini.

Sayang. Apa yang mereka dapatkan jauh dari yang diharapkan.

Baca Juga: Besok Perayaan 25 Tahun SID Berkarya di Blantika Musik Indonesia, outSIDer dan Lady Rose Diajak Serukan Bebaskan JerinxBukan teriakan penuh suka cita, SID justru mendapatkan teriakan penuh cacian dan kebencian. Itu belum seberapa. Puncaknya, band yang terbentuk sejak 1995 silam ini harus menghentikan konsernya di tengah jalan, tepatnya setelah lagu keenam, lantaran mendapatkan perlakuan nggak mengenakkan, yang berpotensi mengancam keselamatan Jerinx, Eka Rock, dan Bobby Kool di kota yang terkenal dengan makanan khas, bika ambonnya.“Nah, saat manggung di Medan, kami dilemparin batu dan botol yang diisi sama air kencing. Saking chaos-nya, umbul-umbul sampai panggung dibakar juga,” kenang Jerinx.

‘Band Keliling’

Superman Is Dead

Superman Is Dead

Jauh sebelum mereka mendapatkan perlakuan nggak menyenangkan di Medan 2003 silam, band yang bermarkas di Poppies Lane II – Kuta ini sudah lebih dulu merasakan susahnya berjuang di industri ini.Tahun 1995 silam, SID pertama kali terbentuk. Sama kayak anak band baru kebanyakan, tujuan mereka nge-band ya nggak jauh-jauh dari have fun.“Waktu itu kami main musik buat nyari bir sama makan gratis aja. Cari banyak teman, sampai tukeran kaset sama kawan-kawan komunitas. Itu serunya!” imbuh pemilik clothing line Bali, Rumble.

Baca Juga: Jerinx 'Superman Is Dead' Bersedia Ditantang Disuntik Virus Corona

Perjuangan SID makin berat lantaran saat itu scene musik yang ada nggak terlalu berkembang. Intinya, cari panggung yang membebaskan untuk membawakan lagu punk atau lagu sendiri terbilang sulit.

Maklum, musik yang mereka mainkan bukan musik mainstream. Makanya jangan kaget, saat kita tahu debut pertama SID as a band justru mulai di sebuah panggung kampung. Serius?“Hahaha…, iya serius. Pertama kali SID main di Bali, tuh, di sebuah ulang tahun banjar (sebutan kampung dalam bahasa Bali). Kalau nggak salah, itu tahun baru 1996. Kami masih cover lagu-lagu band kayak Green Day, NOFX, sampai Bad Religion,” ujar Jerinx sambil menahan tawa.Perjuangan nggak cuma di situ. Niat untuk ‘membumikan’ SID pun diikuti dengan semangat militan dari ketiga anggotanya.

Mulai dari cetak album sampai mengirimkannya sendiri ke distro-distro di Bali, maupun luar Bali, jadi beberapa langkah yang ditempuh SID untuk mengenalkan musik punk rock yang mereka mainkan.Namun sayang. Rencana tersebut nggak berbuah manis.

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x