Follow Us

Cerita Penari SMA Menuntut Guru Untuk Transparan Soal Honor Asian Games

Dewi Rachmanita - Jumat, 21 September 2018 | 22:26
Ribuan penari membawakan tarian saman pembukaan Asian Games 2018 di Stadion Utama GBK, Senayan, Jaka
INASGOC/Boy T. Harjanto/tom/18

Ribuan penari membawakan tarian saman pembukaan Asian Games 2018 di Stadion Utama GBK, Senayan, Jaka

HAI-Online.com - Euforia Asian Games 2018 masih terasa sampe sekarang. Tapi, bukan cuma soal kerennya aja yang sekarang diomongin. Ada masalah yang terkuak dan bikin anak SMA bereaksi. Yap, pasti kamu uda pada denger dong, ribut-ribut honor anak SMA yang jadi penari di Asian Games?

Untuk yang belum tau, pihak panitia Asian Games 2018 menganggarkan honor untuk tiap penari. Jumlahnya lumayan, Rp 200.000 tiap kali latihan.

Selama masa persiapan sebelum hari-H mereka mengikuti kurang lebih 15 kali latihan selama berbulan-bulan.

Selama rangkaian latihan itu mereka dapet pelayanan mumpuni. Penari dari 18 SMA di Jakarta itu selalu disediakan bus oleh sekolah tiap kali mesti latihan di luar sekolah, salah satunya ke GBK.

Selama latihan di GBK, INASGOC juga menyediakan makan berat, camilan, dan minuman sepuasnya.

Kalo latihan di sekolah, pihak sekolah menyiapkan makanan yang beragam, seperti roti dan makanan cepat saji serta air mineral.

Ada pula sekolah yang memberi uang dengan nominal tertentu sebagai ganti makan.

Pelajar hanya tahu itu saja. Mereka tak tahu adanya dana operasional yang dikucurkan penyelenggara ke pihak sekolah.

Baca Juga : Heboh Isu Honor, Ini Fakta yang Perlu Lo Tahu tentang Transparansi Dana Penari Ratoh Jaroe

Protes karena minim transparansi dana

Belakangan, para murid dan orang tuanya mulai mempertanyakan uang yang tak kunjung didapat. Mereka mulai aktif bertanya ke pihak sekolah dan curhat di media sosial.

Pada Minggu 16 September, siswa-siswa di SMA 66 Jakarta mulai meminta kejelasan hak mereka kepada seorang guru di grup LINE penari.

Ternyata, sertifikat udah ada di guru pembimbing. Namun, si guru belum mengasihkannya karena nggak ada anak yang menanyakannya. Hmm

Akhirnya para siswa pun mendapat sertifikat dan uang pada Rabu, 19 September. Besaran uangnya pun Rp520.000 (bagi yang mengikuti latihan penuh).

Karena curhatan menjadi viral, sejak Rabu kemaren jadi banyak banget media yang memberitakan.

Hingga pada Jumat, 21 September tadi, secara mendadak mereka mendapat uang tambahan sebesar Rp130.000

Kalau dijumlah, honor tersebut masih jauh dari total yang dijanjikan. Kalau mereka latihan 15 kali, berarti dapetnya Rp 3 juta dong?!

Pihak sekolah menyebutkan kalo uang tersebut dipotong untuk biaya operasional selama latihan, seperti transportasi dan konsumsi.

Inilah yang memicu protes. Temen-temen dari SMAN 66 Jakarta ada yang berani bertanya soal transparansi dana. Mariska (nama disamarkan), salah satu siswa di SMA tersebut bilang kalo dirinya dan teman-temannya mendesak pihak sekolah terkait rincian uang operasional, bahkan tak segan beradu argumen dengan guru pembimbing. Mereka juga membandingkan dirinya dengan pelajar di SMA lain.

"Kita butuh rincian dana itu untuk apa aja. Karena yang kita pertanyakan buat apa-apa saja dan berapa jumlah dana yang ditransfer ke sekolah," ujar Mariska.

Sayangnya, guru malah menganggap Mariska dan teman-temannya lancang. Menurut guru pembimbing itu, siswa nggak berwenang nanya soal transparansi dana

"Kalau kita sampai nanya detil rincian dananya, kita dibilang lancang," kata Mariska.

Saat HAI konfirmasi lanjut, Didi Wahyudi, salah seorang guru pembimbing dari SMA tersebut mengatakan pihak sekolah udah memberi penjelasan rinci saat pertemuan dengan siswa. Menurutnya semua sekolah sama, termasuk cair selama tiga kali.

Honor diganti barang

Cerita ini datang dari SMAN 78 Jakarta Barat. Bukannya memberikan uang tunai, pihak sekolah bilang bakal mengganti bentuk apresiasi tersebut jadi bentuk barang berupa jaket dan tas pinggang. Atau makan bersama dan jalan-jalan.

Menurut Wakil Kepala Sekolah SMAN 78 Jakarta Zainudin, dia emang menyarankan penggantian bentuk apresiasi itu karena dianggap nggak mendidik.

"Saya akui agak memaksa membuat jaket supaya mereka punya kenang-kenangan, sebab kalau uang kan pasti habis," kata Zainudin seperti dilansir HAI dari CNN.com

Baca Juga : Pelajar SMA Penari Ratoh Jaroeh Opening Asian Games Bikin Petisi Untuk Tuntut Transparansi Honor

Guru Angkat Bicara

Endang Wardiningsih, salah satu guru pembimbing di SMAN 34 Jakarta saat ditanya HAI mengatakan dalam perjanjian yang disepakati, hak yang mengelola keuangan itu sekolah.

Perincian itu menurutnya bakal tertuang di LPJ dan diberikan ke dinas sebagai atasan. Bahkan, Lima Arus sendiri selaku EO yang menjembatani antara INASGOC dan sekolah pun kata Endang nggak minta rincian lebih lanjut dan menyerahkan pengelolaan ke sekolah sepenuhnya.

"Kalau perincian itu kan biasanya ke atasan kan. Masa kita ngasih rincian ke anak-anak kan lucu gitu," tambah Endang.

Terkait informasi soal uang yang didapat sekolah tiga kali pun, nggak diinformasikan pihak sekolah ke pelajar. Kata Endang, setelah dapat uang pihak sekolah langsung dialokasikan ke keperluan pelajar. Pelajar pun juga disebut nggak bertanya terkait hal tersebut.

"Sebetulnya kita nggak permasalahin jika hanya mendapat Rp50.000,00/latihan, asalkan rincian dananya jelas dan transparan. Yang kita permasalahin adalah transparansi dana tersebut," ujar Siska.

Besaran dana hasil keputusan dinas

Fyi, nih bro besaran dana untuk tiap pelajar merupakan hasil keputusan rapat dinas yang diikuti pejabat dinas terkait dan kepala sekolah-kepala sekolah SMA di Jakarta.

Hal ini pun diiyakan oleh Didi dan Endang. Soal pengelolaan total uang yang ditransfer ke sekolah oleh Lima Arus adalah kebijakan masing-masing sekolah.

Dan katanya, semua pendataan terkait masalah uang operasional ini udah diserahkan ke pihak Dinas Pendidikan.

Terkait pembayaran tiga termin yang dilakukan Lima Arus, pembayaran terakhir baru saja dilakukan tanggal 17 September kemarin. Alhasil emang belum sempet diberikan semua ke siswa.

Paling lambat Jumat 21 September, semua urusan uang operasional yang jadi hak para penari ini bakal diberesin. Itulah kenapa ada beberapa sekolah yang siswanya dapet tambahan uang.

Istilah "honor" sendiri pun dinilai kurang tepat oleh Endang. Lantaran, uang tersebut merupakan uang operasional yang mesti dikelola pihak sekolah lagi untuk beragam hal.

Di SMAN 34 Jakarta sendiri, ternyata ada sisa uang bro yang dipakai untuk dana simpanan. Kata Endang, banyak acara yang non-BOS, termasuk pawai obor Asian Games lalu.

Sekolahnya terpaksa hutang dan untuk membayarnya menggunakan alokasi dana uang operasional Opening Asian Games 2018.

Wah! Semoga semua urusan bisa diselesaikan dengam baik oleh pihak terkait.

Editor : Rizki Ramadan

Baca Lainnya

Latest