Nggak terima disebut hoax, Istana Kepresidenan juga udah kirim surat keberatan kepada South China Morning Post. Surat ini menjawab kritik yang disampaikan kolumnis media itu, Van Der Kamp, kepada Presiden Jokowi.
Pernyataan dalam surat itu serius loh! Begini bunyinya, "Menanggapi artikel Jake Van Der Kamp di South China Morning Post 1 Mei 2017, perlu kami jelaskan bahwa Presiden Joko Widodomengutarakan angka perbandingan pertumbuhan ekonomi dalam konteks posisi Indonesia di antara negara-negara anggota G-20," kata Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, Jumat (5/5/2017).
Bey bilang, pas Presiden berbicara soal peringkat pertumbuhan ekonomi Indonesia, di layar sedang terpampang tayangan mengenai pertumbuhan ekonomi negara-negara G-20 yang menunjukkan Indonesia berada pada posisi ke-3 setelah India dan RRT.
Oya, buat kalian tau aja, Jake menulis opini di South China Morning Post dengan judul: "Sorry President Widodo, GDP Rankings are Economists Equivalent of Fake News".
Di kolom tulisannya, Jake mempertanyakan klaim peringkat ketiga dalam hal pertumbuhan ekonomi seperti yang disampaikan Jokowi saat kunjungan keHongkong.
Sebab, di Asia, banyak negara yang pertumbuhan ekonominya lebih tinggi daripada Indonesia.
Misalnya Vietnam 6,2 persen, Timor Leste 5,5 persen, Papua Nugini 5,4 persen dan Myanmar 7,3 persen.
Sementara, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016 5,02 persen.