Follow Us

Bener Nggak Sih, Presiden Jokowi Salah Baca Data Ekonomi Kita? Biar Nggak Bingung, Kita Wajib Tahu Nih!

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Sabtu, 06 Mei 2017 | 01:24
Setelah Ikan Tongkol, Kuis Tebak Ikan Jokowi Bikin Ngakak Lagi
Bayu Dwi Mardana Kusuma

Setelah Ikan Tongkol, Kuis Tebak Ikan Jokowi Bikin Ngakak Lagi

Baru-baru ini, Presiden Joko Widodo disebut keliru soal data data pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kolumnis South China Morning Post, Jake Van Der Kemp, menulis di koran itu soal pidato Jokowi soal pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang disebut menempati urutan ketiga terbaik di dunia, setelah China dan India.

Yang lebih parah lagi nih, Jake bahkan menyebut Jokowi udah menyebarkan berita palsu alias hoaks.

Nah, biar nggak bingung, Menteri Keuangan Sri Mulyani jelasin soal ini.

Sarung Jokowi
Sri Mulyani emang bilang, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,02 persen bukan yang ketiga terbaik di dunia.

Ia menjelaskan, yang dimaksud Jokowi adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia terbaik ketiga di antara negara-negara G-20, bukan di seluruh dunia.

"Ya ini kan tidak klaim bahwa paling tinggi seluruh dunia. Beliau (Jokowi) mengatakan di dalam negara-negara G-20 emerging market," kata Sri Mulyani, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (4/5/2017), seperti dikutip dari Kompas.com.

Biar nggak bingung, Sri Mulyani juga minta Jake buat melihat lagi slide presentasi yang ditampilkan saat Jokowi berpidato di Hongkong beberapa waktu lalu.

Pada slide itu jelas disebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah nomor tiga terbaik dibandingkan negara-negara G-20.

Sri Mulyani mengatakan, idealnya pertumbuhan ekonomi Indonesia memang harus dibandingkan dengan negara-negara berkembang yang pendapatannya setara.

Tidak adil jika membandingkan ekonomi Indonesia dengan negara-negara yang pendapatannya jauh lebih rendah.

"Kalau seluruh dunia kan banyak negara-negara yang income-nya lebih rendah dari Indonesia tapi gross-nya tinggi. Di ASEAN saja kalau kita lihat Kamboja dan Laos itu lebih tinggi dari kita," ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.

Nggak terima disebut hoax, Istana Kepresidenan juga udah kirim surat keberatan kepada South China Morning Post. Surat ini menjawab kritik yang disampaikan kolumnis media itu, Van Der Kamp, kepada Presiden Jokowi.

Pernyataan dalam surat itu serius loh! Begini bunyinya, "Menanggapi artikel Jake Van Der Kamp di South China Morning Post 1 Mei 2017, perlu kami jelaskan bahwa Presiden Joko Widodomengutarakan angka perbandingan pertumbuhan ekonomi dalam konteks posisi Indonesia di antara negara-negara anggota G-20," kata Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, Jumat (5/5/2017).

Bey bilang, pas Presiden berbicara soal peringkat pertumbuhan ekonomi Indonesia, di layar sedang terpampang tayangan mengenai pertumbuhan ekonomi negara-negara G-20 yang menunjukkan Indonesia berada pada posisi ke-3 setelah India dan RRT.

Oya, buat kalian tau aja, Jake menulis opini di South China Morning Post dengan judul: "Sorry President Widodo, GDP Rankings are Economists Equivalent of Fake News".

Pertembuhan ekonomi Indonesia ketiga terbaik di dunia. Hoax atau fakta ya?
Di kolom tulisannya, Jake mempertanyakan klaim peringkat ketiga dalam hal pertumbuhan ekonomi seperti yang disampaikan Jokowi saat kunjungan keHongkong.

Sebab, di Asia, banyak negara yang pertumbuhan ekonominya lebih tinggi daripada Indonesia.

Misalnya Vietnam 6,2 persen, Timor Leste 5,5 persen, Papua Nugini 5,4 persen dan Myanmar 7,3 persen.

Sementara, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016 5,02 persen.

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular