Yeni berkata, pihaknya fokus pada pemulihan psikis guru, anak-anak, dan keluarga dari trauma.
“Kami harap Pemda bisa segera membantu kami memperbaiki fasilitas sekolah yang rusak,” lanjutnya.
Ia juga mengungkapkan, bila situasinya memungkinkan, Yeni akan coba memulai belajar daring sebagai persiapan ujian akhir semester.
“Tapi yang utama saya katakan kepada guru dan anak-anak, yang terpenting adalah keselamatan keluarga masing-masing,” ujarnya.
SDN Cugenang memiliki total siswa 172, 7 guru, 1 penjaga sekolah, dan 1 kepala sekolah.
Berdasarkan laporan, ada 3 korban meninggal dunia akibat gempa yang berasal dari warga sekolah.
Kondisi sekolahnya pun juga cukup banyak terdampak gempa, seperti atap ruang belajar berjatuhan, serta banyak fasilitas belajar di kelas yang rusak.
Bersebelahan dengan SDN Cugenang, ada TK PGRI Cugenang dengan tingkat kerusakan berat. Bangunan TK ini ambruk dan rata dengan tanah.
Kepala TK PGRI Cugenang, N. Rosi Suwartini masih terpukul akan kejadian yang menimpa sekolahnya.
Saat terjadi gempa, ia bersyukur sudah tidak ada aktivitas belajar mengajar. Para guru sedang mengikuti acara di luar sekolah.
“Saya bersyukur tidak ada korban jiwa di lokasi kejadian [di TK PGRI Cugenang],” ujar Rosi.
Sebanyak 45 siswa tercatat sebagai siswa aktif di TK tersebut. Merujuk informasi pihak keluarga, ada 2 anak yang meninggal dunia. Sementara 3 anak hilang diduga di sekitar domisilinya.