"Hei, Pak. Kalau sudah ketemu, bilang-bilang ke sini, ya? Barangkali aja kapan-kapan sayajuga butuh alamat itu."(halaman 66).
Memang kalau dipikir-pikir hal itu mustahil terjadi dalam kehidupan nyata. Tapi ingat, cerita Lupus adalah rekaan semata. Dan ini dimanfaatkan banget oleh Hilman.
Dengan lincahnya ia berkhayal, dan pembaca dengan setia menyimaknya. Sosok Lupus cs sebagai anak sekolahan, memudahkan Hilman untuk bertutur.
Sebagai remaja, mereka adalah sosok-sosok yang sedang berkembang jiwanya. Dengan demikian, banyak hai yang bisa ditampilkan dalam cerita. Mulai musik, pergaulan, tren, hingga masalah memburu cewek. Hingga suatu ketika, seiring dengan berlalunya waktu, Lupus sudah duduk di kelas III SMA. Hilman mau nggak mau harus membawa Lupus ke lingkungan kampus.
Itu terjadi pada buku kesembilannya yang berjudul Idiiih, Udah Gede (Desember 1990), di mana Lupus resmi jadi mahasiswa Sastra Inggris di Universitas Cafetariasakti. Lupus sudah gede sekarang.
SOSOK UNIK
Sebagai mahasiswa, Lupus tentu harus digambarkan yang lain, sesuai dengan predikatnya sebagai mahasiswa. Lupus cs, kecuali Gusur yang nggak lulus, nggak bisa ngocol lagi.
Untuk kehidupan mahasiswa, bolos pada jam kuliah bukanlah sesuatu yang mengasyikkan lagi. Berbuat jahil kepada dosen yang lagi mengajar, nggak mungkin dilakukan Lupus cs seperti saat mereka belajar di bangku sekolah.
Jelas, gerak Lupus, Boim, Anto, jadi nggak bebas. Kehidupan mahasiswa jauh berbeda dengan SMA. Padahal, senjata utama mereka adalah kekonyolan dan sifat mereka yang cuek dengan segala sesuatu yang nggak menguntungkan mereka. Kecuali urusan cewek.
Di situ terlihat Hilman kayaknya menghadapi dilema. Mau melanjutkan Lupus di kampus, berarti sosok Lupus cs harus berubah. Untuk mengulang kehidupan di SMA Merah Putih, mereka sudah terlanjur diluluskan.
Hilman perlu waktu dua tahun untuk mengambil keputusan. Praktis sejak tahun 1990 ketika buku Idiiih, Udah Gede diluncurkan, Lupus menghilang.