HAI-Online.com - Darahkubiru, komunitas pecinta denim yang didirikan sejak 2009 oleh Panca Novianto kembali menyelenggarakan Wall of Fades pada 18-20 November, City Hall, Pondok Indah Mall 3, Jakarta.
Romero Camacho alias Popo dari Teamup mengatakan Wall of Fades yang sekarang, kembali ke Wall of Fades yang dulu, aliasto the roots.
"Dulu tuh, exhibiton adalah hal paling utama. Kenapa namanya Wall of Fades? Karena kita memamerkan koleksi kita di dinding," kata Popo dalam press conference Wall of Fades di Grange Park, Fatmawati, Jakarta Selatan (5/11).
Baca Juga: Kolaborasi Travis Scott x Chrome Hearts Merilis Jeans Warna Cokelat!
Hal yang menjadi pembeda adalah, sekarang Wall of Fades ingin masyarakat menganggap denim adalah universal. "Makanya, di situ akan ada history dari berbagai belahan dunia dan movement nya. Misalnya, pertama kali denim ditemeukan saat jamannya mining, pemberontakan di Berlin. Kita mau ngasih liat kalau denim dekat dengan masyarakat umum," papar Popo.
Maka dari itu, Wall of Fades membawa tema "A Tale of The Timeless Classic", untuk merayakan bagaimana awal dari semuanya.
Salah satu kisah awal Wall of Fades disampaikan oleh founder dari Darahkubiru, Panca Novianto. Ia bercerita kalau komunitas yang berawal dari situs Kaskus ini dapat memantik banyak usaha brand lokal.
Dukungan pada brand lokal pun tak terputus, dalam gelaran Wall of Fades ke-13 ini, mereka membawa 50 brand lokal yang mayoritasnya menjual jeans.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Ripped Jeans Brand Lokal Harga di Bawah 300 Ribu
Di luar eksibisi, Wall of Fades juga menyediakan station pojok eksperimen. Di sana, akan ada jeans patching, denim painting, dan indigo dye-ing. Adapun, aktivitas ini ada untuk membangun pesan up-cycle.
Namun demikian, Wall of Fades juga memiliki tantangan tersendiri. Menurut Project Manager, Delano Alvin challenge terbesar adalah membangkitkan semangat para pengunjung.
"Challenge kali ini of course kita harus bisa balikin lagi animonya bisa sampai ke 3 kota. Sampai heboh bikin antrean pada waktu itu. Soalnya kita udah vakum. Jadi kayak ngebalikin movement nya itu lah."
Tentunya, tak hanya mengembalikan massa dalam sebuah eksibisi, tetapi juga mengedukasi bahwa denim merupakan sesuatu yang inklusif.
"Soalnya, orang awam tuh masih melihat denim eksklusif, ternyata enggak. Kita nggak pengin menegaskan kalau orang yang ke Wall of Fades harus paham banget sama jeans. Dan kita mau sampein ke masyarakat umum kalo kalian tuh serelevan itu sama jeans, makanya kita mau tunjukkin sejarah dari denim itu sendiri," tutup Panca Novianto, founder dari Komunitas darahkubiru.
Jadi, udah tau mau ajak siapa ke Wall of Fades besok?