HAI-Online.com - Impian setiap siswa yang daftar ke Perguruan Tinggi Negeri adalah lolos SNMPTN ataupun sukses melewati SBMPTN.
Namun, nggak semua perjuangan kelihatannya lurus-lurus aja; contohnya adalah beberapa siswa harus ambil gap year selama setahun sampai keterima di PTN incerannya.
Biar masa gap year nggak sia-sia, apa aja sih kesalahan yang bikin siswa kerap nggak lolos SBMPTN dan akhirnya harus ambil gap year?
Setelah ngobrol dengan para alumni gap year, HAI melihat bahwa ada beberapa pelajaran yang bisa kita dapetin dari mada senggang pelajar.
Secara virtual, Salventina Puspa dan Felix Joviandi menceritakan apa saja pelajaran yang bisa mereka ambil dari gap year.
NGGAK REALISTIS dengan PILIHAN PTNPunya cita-cita yang besar itu nggak salah, tapi jangan lupa dibarengi juga dengan pengukuruan kemampuan yang kita punya.
Baca Juga: Pengalaman Mereka yang Menunda Kuliah: Gara-gara Gap Year, Gue Nggak Salah Pilih Jurusan
Salven mengaku, waktu SMA dulu, ia sempat naif dan menentukan stufinya bakal lanjut di perguruan tinggi negeri karena emang BM ingin kuliah di luar kota.
"Gue waktu itu pengin banget kuliah di luar kota, jadi ambil pilihan PTN-nya itu jurusan Hubungan Internasional di Unpad, Bandung. Namun, pada saat itu, yang besar cuma mimpi gue. Namun, pengetahuan gue belom ada di level itu," kisah Salven.
Salven juga bercerita bahwa pada waktu itu, ia merasa nekat, tapi pengetahuannya belum ada di level yang cukup untuk masuk.
"Kalaopun dipaksaiin, kayaknya juga nggak bakal maksimal hasilnya," pungkasnya.
TERLALU TERLENA SAMA SBMPTN
Karena bersekolah di perguruan tinggi negeri, Felix merasa kesempatannya akan lebih besar untuk masuk PTN lewat jalur SNMPTN. Oleh karena itu, sepanjang SMA, ia dengan keras mempertahankan prestasi biar lolos seleksi.
"Waktu itu gue terlena sama SNMPTN, jadinya mageran. Gue pikir dengan menabung nilai sejak SMA bakalan cukup buat gue lolos. Ternyata nggak, mungkin banyak faktor eksternalnya," ucap Felix.
Felix juga bercerita bahwa pada saat itu, pilihan PTN yang ia masukkan di SNMPTN juga bukan ke Univeritas terkenal yang persaingannya ketat.
NGGAK ADA RESTU ORANG TERDEKAT
Meski kelihatannya faktor yang ini remeh, tapi sebenernya dukungan dan doa dari orang sekitar juga diperlukan. Semakin kencang dan banyak doanya, maka konon akan semakin manjur.
Salven mengaku, dirinya mendaftarkan diri ke sejumlah PTN maupun Politeknik Negeri di luar kota Jakarta tanpa restu dari Ibunya.
"Jadi, orang tua gue sebenarnya mempersilahkan gue untuk masuk ke PTN di luar kota. Tapi,at the same time,mereka juga berat gitu. Sehingga, bisa dibilang, mungkin pengaruh gue nggak keterima di mana-mana ya karena ini juga. Untungnya, mama-papa nggak keberatan kalo gue gap year," cerita Salven sambil tertawa.
Berbeda dengan Felix, ia mengaku bahwa orang tuanya mendukung penuh dirinya untuk masuk ke jurusan yang ia pilih, di manapun PTN-nya. Bahkan, Ibunya sendiri yang menyarankan untuk gap year.
Pada waktu itu, Felix sempat diterima di Universitas Sebelas Maret, Solo dengan jurusan Teknik Kimia. "Papa mama ngeliat gue tuh kayak nggak sreg masuk ke sini. Akhirnya, Mama mencetuskan untuk gap year aja. Denger kayak gitu ya.. ya udah, akhirnya gue ambil keputusan gap year karena buat mereka nggak masalah," kisah Felix.
Baca Juga: Rehat Usai Lulus SMA? 5 Kegiatan Ini Bikin Gap Year Jadi Bermanfaat!
BAHAN BELAJAR YANG KURANG
Untuk memantapkan persiapan SNMPTN tentunya memerlukan materi pembelajaran yang mumpuni. Namun, hal ini cukup berat bagi Salven yang pada waktu itu nggak ikut bimbingan sama sekali dan ingin masuk jurusan PTN yang cukup berbeda dengan pembelajarannya waktu SMA.
"Gue kebetulan anak Bahasa pas SMA. Namun, karena pengin jalan-jalan tapi dibayar dan berkualitas, gue jadi pengin banget masuk Hubungan Internasional. Sulitnya adalah, bahan belajar buat masuk soshum kan lumayan banyak yang nggak gue dapet pas SMA," ucap Salven.
Karena kekurangan bahan belajar, UTBK di tahun lalupun jadi nggak terlalu maksimal buat Salven.
Meski banyak melakukan kesalahan-kesalahan di atas, Salven dan Felix mengaku bahwa mereka juga mendapat begitu banyak pelajaran dari mengambil gap year. Terutama soal keikhlasan.
Baca Juga: Dari Bikin Kesel Sampe Baper, Ini yang Bikin Lagu Baru Joji 'Glimpse of Us' Viral Banget Minggu Ini
"Pelajaran untuk ikhlas dan paham kalo hidup emang nggak akan selalu di atas dan sesuai kemauan kita," ungkap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponogoro, Semarang ini.
Bagi Felix, tidak ada penyesalan dari mengambil gap year. Selain bisa lebih ikhlas terhadap keadaan, Felix mengaku gap year-nya diisi dengan introspeksi diri.
"Gue jadi lebih mantab buat ambil kedokteran dan yakin sama pilihan jurusan gue," tegasnya.
Sama seperti Felix, Salven merasa gap year membuat ia lebih kenal dengan dirinya sendiri.
"Waktu SBMPTN pertama, gue ngasal ambil Sastra Prancis. Kalau sampe gue lolos di Sastra Prancis, gue yakin pasti struggle banget buat bertahan di kuliah," serunya.
Akhir kata, gap year bukanlah kegagalan buat siapapun yang menjalaninya. Jadi, jangan khawatir kalo harus gap year, karena pasti ada hikmah yang bisa diambil.
Semangat kejar kampus apapun yang mendewasakanmu. (*)