Keinginan tersebut tidak terlepas dari pengaruh sahabatnya dari berbagai negara, termasuk J.H. Abendanon.
Dia memulai perjuangannya dengan mendirikan sekolah untuk perempuan bangsawan, yang punyamaksud bahwa para perempuan pribumi akan dapat memperbaiki kedudukan kaum perempuannya.
Cita-cita dan semangat perjuangannya tertuang dalam surat-surat yang dikirimkan kepada sahabatnya, termasuk kepada Abendanon.
"Menulis adalah membaca dua kali" semboyan ini jadi kekuatan Kartini, dimana dia kerapmenuliskan pemikirannya di majalah De Hollandsche Leile.
Dari sana, dia terkenal dan mendapatkan sahabat pena, yakni Stella Zeehandelaar.
Kartini meninggal beberapa hari setelah melahirkan anak pertamanya, Soesalit Djojoadhiningrat, pada 13 September 1904. Dia meninggal pada 17 September 1904 di usia 25 tahun.
Setelah wafat, Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat Kartini yang kemudian diberi judul Door Duisternis tot Licht yang artinya 'Dari Kegelapan Menuju Cahaya'.
Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkan buku tersebut dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran.
Baca Juga: Post Desain Orang Buat Ucapan Selamat Hari Kartini, Miss Indonesia Ini Kena Semprot Netizen
Berpuluh-puluh tahun dilewati,akhirnya pada tnggal 2 Mei 1964, Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964 yang menetapkan bahwa Kartini adalah Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Keputusan Presiden tersebut juga menetapkan bahwa 21 April, hari kelahiran perempuan hebat dijadikan Hari Kartini. (*)