Follow Us

Think Before You Get Ink: Kisah Para Pelajar Indonesia yang Bertato

Alvin Bahar - Sabtu, 19 Maret 2022 | 17:05
Para pelajar yang bertato
HAI

Para pelajar yang bertato

HAI-ONLINE.COM - Siapa nih kalian yang masih pelajar dan udah bertato? Atau lagi niat bikin tato?

Liputan HAI kali ini kayaknya cocok buat kalian.

Bisa dibilang, seni ini jadi salah satu seni tua yang nggak habis dimakan zaman. Dari dulu sampai sekarang, orang-orang dengan kulit bergambar (baca: tato) selalu ada di sekitar kita.

Motif dan gambarnya pun bermacam-macam. Ada yang punya tato bergambar simbol-simbol suku atau keagamaan, sampai gambar-gambar lucu lengkap dengan kombinasi warna-warni yang memikat hati. Semua ada!

Makanya nggak heran kalau nggak sedikit dari kita yang kemudian tertarik untuk menghiasi tubuhnya dengan beragam gambar yang diminatinya.

Alasannya pun bermacam-macam. Mulai dari merekam sejarah, pengen terlihat keren, sampai ada yang sekedar iseng atau ikut-ikutan kayak salah satu teman kita, Juki (nama samaran).

“Gue bikin tato baru tahun kemarin, sih, waktu gue kelas XI tepatnya. Pas gue bikin, awalnya emang karena iseng dan pengen nyobain aja,” buka salah satu warga SMA di Yogyakarta.

Sementara itu, berbeda dengan Juki, Rian (nama samaran) mengatakan bahwa ia mulai merajah tubuhnya lantaran pengen tampil beda dari teman-teman sebayanya.

Itu sebabnya, salah satu warga SMA di daerah Tangerang ini bahkan sudah mulai mentato sejak masih duduk di bangku SMP. Serius?

“Iya serius. tato ini gue bikin waktu SMP. Awalnya, sih, gue lihat tato teman. Dari situ gue tertarik, soalnya tato punya nilai seni yang menurut gue unik dan beda dari seni yang lain. Ya, lewat tato gue juga pengen tampil beda dari teman-teman,” lanjut Rian.

Seperti yang udah dijelaskan Juki dan Rian, alasan mereka punya tato nggak jauh dari merubah penampilan. Ya, buat mereka, tato jadi semacam media untuk aktualisasi diri.

Baca Juga: Menurut Tattoo Artist dan Cowok Bertato yang Kami Temui, Ini 10 Bagian Tubuh yang Paling Sakit Ditato

Padahal, nih, ya, kalau kita melihat sejarah, seni merajah tubuh ini sudah lebih dulu ada dan diaplikasikan oleh suku-suku tua di dunia, salah satunya adalah orang-orang Mentawai dan Suku Dayak, Indonesia.

“Awalnya, tato digunakan sebagai penanda status, sampai strata. Namun, makin ke sini, tato sudah jadi gaya hidup. Menurut gue, sih, itu nggak masalah,” ujar Iky Nata, salah satu tato artist.

Butuh Penjelasan dan Pemahaman Lebih

Ilustrasi pelajar bertato
HAI

Ilustrasi pelajar bertato

Seniman tato yang akrab disapa Iky ini menjelaskan bahwa nggak sepenuhnya kesalahan ada di teman-teman kita.

Justru, ia menambahkan bahwa apa yang dilakukan oleh teman-teman kita patut dipertanyakan kenapa mereka malah diperbolehkan ditato oleh seniman tato.

“Kenapa tato artis memperbolehkan anak-anak ini ditato? Meskipun itu hak orang dan mereka bisa bayar, tapi seharusnya seniman tato tetap kasih pemahaman. Karena artist tato ada semacam kode etik,” tambah cowok yang sudah berkecimpung di dunia tato sejak 2009 silam.

Lebih lanjut dia menambahkan bahwa di negara-negara maju, orang baru boleh ditato kalau umurnya menginjak 20 tahun atau lebih.

“Kenapa baru usia 20 tahun, soalnya mereka yang umurnya di bawah itu masih belum bisa ambil dan memiliki keputusan yang tepat, dan pertanggungjawaban atas itu semua,” lanjutnya.

‘Kucing-kucingan’

Sebenarnya, selain alasan keputusan dan pikiran yang belum matang, sebagai anak sekolah kita tetap wajib mengikuti peraturan yang berlaku di sekolah. Maklum, nggak sedikit dari sekolah punya alasan ketat terkait hal ini.

Boro-boro ditato, di beberapa sekolah, rambut gondrong aja bisa kena razia!

Sadar bahwa nggak semua orang bisa mengartikan tato sebagai sarana untuk berekspresi, Juki dan Rian lantas putar otak. Mereka berdua punya solusi berbeda untuk mengamankan dirinya dari peraturan sekolah seputar tato.

“Gue, sih, main aman. Jadi, gue bikin gambar di bagian tubuh yang nggak bisa dilihat orang, jadi masih bisa diumpetin gitu, deh,” lanjut Juki.

Makanya, biar lebih aman, Juki bakalan pilih-pilih tempat kalau mau ganti baju sehabis pelajaran olahraga. Alasannya ya itu tadi, main aman!

Hal yang senada juga disampaikan oleh Rian. Untuk bisa bersekolah dengan aman, semenjak bertato, Rian jadi anak yang tertutup.

Tertutup di sini bukan jadi ansos atau nutupin seluruh badan kayak mumi Mesir, bro. Tapi lebih pilih-pilih teman untuk sharing soal masalah tatonya.

“Selain ganti bajunya ngumpet-ngumpet di kamar mandi, gue juga jadi pilih-pilih teman buat soal ini. Ada aja orang yang bawel atau nggak sengaja keceplosan ngomong kalau gue tattoan. Bisa amsyong gue! Makanya, yang tahu gue punya tato cuma teman-teman terdekat yang udah gue percaya,” lanjut pemilik tato bergambar burung elang di bagian punggungnya.

Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti dia bakal jatuh juga. Nah, hal yang sama juga menimpa Juki. Meski dia bertekad untuk menutupi tatonya dari ‘mata’ sekolah, toh, akhirnya dia pernah lengah. Hasilnya, dia kepergok langsung dengan guru olahraga! Duh, terus diapain, bro?

“Hahaha…, waktu itu apes banget, sih. Abis pelajaran olahraga, ruang kelas sepi banget. Karena gue males ke toilet, jadilah gue ganti baju di kelas. Eh, ternyata, guru olahraga gue ngeliat. Gue disamperin, terus dia ngomong gini; ‘Kalau sama saya ketahuan nggak masalah, tapi hati-hati kalau sama guru lain. Jangan ceroboh.’. Konyol, sih, tapi dari situ gue jadi lebih waspada biar lebih main aman,” lanjut cowok yang memiliki dua buah tato, yakni di dada dan punggung.

Didebat Pacar Sampai Dibetein Nyokap!

Sampai sekarang, nggak sedikit dari kita yang masih beranggapan bahwa tato punya arti negatif.

Nggak cuma dari pihak sekolah atau orang di luar sana, orang-orang terdekat kayak bokap nyokap atau bahkan pacar kita sendiri.

Juki, nih, contonhnya. Gara-gara tato, dia sempat dibetein sama nyokap!

“Orangtua tahu, kok, kalau gue tatoan. Bokap sebenarnya bolehin gue bertato, tapi nyokap nggak. Nyokap paling nggak setuju gue tatoan. Tapi ya mau gimana lagi, tatonya, kan, udah jadi. Hehehe…, akhirnya nyokap jadi masa bodo sama tato gue,” lanjut pemilik tato bertuliskan ‘only god can judge me’ di bagian dadanya.

Lain orang, lain lagi pengalamannya. Kalau Juki dibetein nyokap, Rian justru harus adu debat dengan pacarnya.

“Kalau gue udah ngegebet cewek dan udah deket banget, biasanya gue bakal cerita ke mereka kalau gue punya tato. Responnya macem-macem, ada yang nerima ada juga yang nggak. Nah, waktu itu gue sempat berdebat panjang sama cewek gue gara-gara tato. Tapi, setelah gue jelasin panjang lebar, akhirnya dia bisa nerima, kok. Walau waktu itu sempet bete-bete sedikit. Hehehe…,” kenang Rian.

Ubah Persepsi Negatif

Sama kayak teman-teman kita yang punya tato, Juki dan Rian sepakat bahwa punya tato bukan berarti jadi anak yang nakal. Menurut mereka, persepsi seperti itu sudah harus mulai dihilangkan. Kalau kata Juki dan Rian, nih, nggak selamanya orang yang punya tato, tuh, jahat dan bandel.

Makanya, dengan bertato, setidaknya kita harus siap dengan segala konsekuensi yang bakal kita terima. Nggak cuma dipandang negatif oleh sebagian orang, soalnya, dengan punya tato, secara nggak langsung juga menutup peluang kita untuk kerja di bidang militer kayak Polisi dan TNI atau bidang hukum.

Soalnya, ada undang-undang yang menyorot masalha etika, kepantasan, dan persepsi masyarakat untuk berkecimpung di dunia ini. Nah, nyatanya, ini jadi pertimbangan serius dalam rekrutmen hakim dan jaksa, sekalipun si pemilik tato nggak punyacatatan kriminal.

“tatoan sah-sah aja, tapi harus punya pertanggungjawaban atas itu semua.Kita hidup dengan budaya Timur. Nggak semua orang bisa menerima. Makanya, kita harus siap dengan segala konsekuensinya,” tutup Iky memberi wejangan.

Nah, pilihan mau bikin tato atau nggak, sih, sebenarnya ada di kita lagi. Tentunya dengan segala konsekuensi yang bakal kita terima.

Alasannya ya itu tadi. Nggak semua orang bisa menerimanya. Suka nggak suka, kita harus jago main ‘kucing-kucingan’ dengan pihak sekolah bahkan bokap nyokap yang notabene orang terdekat buat kita. So, sudah siap?

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest