"Cari juga apakah ada elemen kebaruan dari topik penelitian yang diambil," paparnya.
Di aspek feasibility, Erza menilai penelitian dilakukan harus memperhatikan apakah penelitian bisa dikerjakan dalam durasi yang telah ditentukan. Adakah data yang diperlukan, akses data serta pendanaan penelitian.
Baca Juga: Pengen Kuliah di Inggris? Ada Beasiswa S1-S2 Seni dan Desain 2022 Senilai Rp 76 Juta Nih!
Kemudian yang ketiga adalah community. Erza mengungkapkan, aspek ini bisa memperhatikan komunitas peneliti siapa yang ingin diajak berdialog dan keahlian apa yang akan dibangun.
2. Memilih Negara dan Kampus Tujuan
Erza menyebut ada empat hal yang harus diperhatikan yakni sistem pendidikan, sistem pendukung, jaringan alumni, dan alasan pragmatis.
Untuk sistem pendidikan, Erza menganggap sebelum mendaftar beasiswa harus paham lebih dulu berapa lama durasi kuliahnya.
"Seperti saya dulu saat magister ada pilihan di Australia atau Inggris. Tapi saya pilih Australia karena durasinya lebih lama karena dulu saya ingin studi lebih lama di luar negeri," ungkapnya.
Dia juga menambahkan, pertimbangan terkait peringkat kampus yang akan dituju juga penting. Termasuk sistem pembimbingan seperti apa juga harus diperhatikan.
Lalu untuk support system atau sistem pendukung, Erza menyarankan pendaftar beasiswa memperhatikan bagaimana gaya hidup di negara tujuan dan juga dukungan kampus untuk mahasiswa internasional. Terkait jaringan alumni, hal tersebut juga sangat penting.
"Kekuatan alumninya seperti apa. Kemudian prospek kerjasama kedepan termasuk jejaring keilmuannya," lengkapnya.
Sementara untuk alasan pragmatis, Erza menyatakan ada tiga hal yang juga harus diperhatikan, yakni nilai TOEFL/IELTS, biaya hidup, dan aksesibilitas di negara atau kampus tersebut.