Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Sejarah Tuning Gitar 'Drop D' Yang Identik Sama Musik Metal, Pelopornya Justru The Beatles

Bagas Rahadian - Senin, 13 Desember 2021 | 15:00
Dimebag Darrell
rollingstones.com

Dimebag Darrell

HAI-Online.com - Penggemar dan pemusik rock dan metal tentu paham sama drop D tuning pada instrumen gitar.

Yap, emang lumrah di kalangan musisi rock dan metal nyetemgitarnya pake tuning kayak gini. Kebutuhan tidak lain untuk menghasilkan nada yang rendah dan berat.

Tapi tau nggak lo sejarah dari pengaturan ikonik pada kebanyakan gitaris metal dan rock ini?

Sejarahnya memang eratberhubungansama perkembangan musik cadas (baca: metal atau hard rock). Namun, nggak melulu tuning gitar drop D adalah inovasinya musik keras.

Baca Juga: Bernama Sama dengan Varian Covid-19 Terbaru, Band Death Metal asal Belgia Omicron Enggan Ganti Nama

Faktnya tuning gitar ini juga umum dipergunakan dalam musik bertempo lebih pelan kayak blues, country, folk dan bahkan klasik.

Sejarah tuning drop D

Tuning drop D (D A D G B E dari senar terendah sampai tertinggi) sendiri merupakan penyetelan alternatif untuk notasi pada senar gitar, di mana senar terbawah 'E' diturunkan ke 'D'.

Sebelum band-band metal dan hard rock modern di medio 80an ramai menggunakannnya, tuning-an ini telah dikembangkan pada era blues dan musik klasik. Jauh sebelum musik berdistorsi keras lahir.

Era awal musik hard rock di penghujung tahun 1969 adalah yang memulai eksperimen pada style tuning ini.

Pelopornya sendiri adalah The Beatles, dalam lagunya 'I Want You (She's So Heavy), dan Led Zeppelin pada 'Moby Dick'.

Selain itu, bukan era metal 80an, periode di mana metal tengah jaya-jayanya, yang mempopulerkan lebih jauh tuning drop D ini.

Baca Juga: Noah Aransemen Ulang Lagu-lagu Peterpan tapi 'Semua Tentang Kita' Nggak Diubah, Ariel: Itu Lagu Nyetem Gitar!

Raksasa metal 80an kayak Metallica sendiri belom tertarik menggunakan tuning drop D pada permainan gitarnya sebelum era Black Album (1991).

"Gue nggak pernah main di tuning rendah," aku gitaris Kirk Hammet beberapa bulan lalu dalam wawancara dengan Guitar World.

"Tapi ketika menemukan (tuning) ke D, gue baru ngeh bunyinya jadi lebih berat. Gue selama ini cuma main di E, tapi bermain-main dengan oktaf rendah dan tinggi, dan kemudian melemparkan tritone ke sana, A#, pergi ke A, dan itulah riff yang keluar," lanjut Hammet, yang lagi menceritakan terciptanya lagu 'Enter Sandman'.

Faktanya, band rock alternatif di akhir 80-an seperti Soundgarden dan Melvins membuat penggunaan tuning drop D menjadi lebih populer.

Di kemudian hari, teknik bermain seperti itu juga berdampak besar pada banyak band seperti Rage Against the Machine and Tool, yang menjadikan penggunaan praktik tuning ini umum di antara band-band metal alternatif.

Band metal alternatif seperti Helmet juga menggunakannya sepanjang karir mereka dan menginspirasi banyak band nu-metal di era 2000an.

Baca Juga: Noah Bikin Rekaman Ulang Album Taman Langit edisi Second Chance, Suara Ariel Berubah?

Dari segi teknik, sebagaimana mengutip dari situs Ultimate Gitar, tuning gitar drop D emang sangat praktis digunakan buat mainin lagu heavy metal dan subgenrenya, di mana gitaris butuh transisi cepat antara power chord.

Di sisi lain, tuning drop D juga memungkinkan gitaris memainkan kord yang terdengar lebih berat dan garang, tapi di sisi lain lebih kaya dan nggak ngebosenin.

Gitu ceritanya, sob. (*)

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x