Berbeda dengan di Amerika Serikat yang masih memberikan kesempatan untuk kembali berkarier meskipun dalam skala yang lebih kecil.
Wah, serem juga ya efeknya, guys.
Baca Juga: Vokalis Misfits Glenn Danzig: Woke dan Cancel Culture Bunuh Punk Rock!
Apasih sebenernya cancel culture?
Lisa Nakamura, seorang profesor di University of Michigan, Amerika Serikat menjelaskan cancel culture adalah "boikot budaya" terhadap selebriti, merek, perusahaan, atau konsep tertentu.
Umumnya dilakukan kepada pesohor yang tersandung skandal atau isu akan perilakunya yang bermasalah. Bentuk boikot yang diberikan juga bisa berbeda-beda pada setiap orang.
Ada yang kehilangan berbagai kontrak pekerjaan, bullying di media sosial, pengurangan adegan dalam sebuah drama, filmnya sulit tayang dan kehilangan penggemar.
Sementara itu Dr. Jill McCorkle, seorang profesor sosiologi dan kriminologi di Universitas Villanova mengatakan cancel culture sebenarnya bukanlah tradisi yang baru di masyarakat. Kebiasaan ini sudah ada sepanjang sejarah keberadaan manusia.
Masyarakat telah menghukum orang lain karena berperilaku di luar norma sosial yang dirasakan selama berabad-abad, ujarnya. Cancel culture yang marak di era digital ini hanyalah variasi lain yang lebih baru.
“Cancel culture adalah perpanjangan atau evolusi kontemporer dari serangkaian proses sosial yang lebih berani yang dapat kita lihat dalam bentuk pengusiran,” jelasnya.
Cara ini dirancang untuk memperkuat seperangkat norma dengan menjadikan para pesohor termasuk selebriti, perusahaan, dan media sebagai sasarannya. (*)
Baca Juga: Aktor Pemain Squid Game Nomor 199 Ternyata Peraih Beasiswa Kuliah di Universitas Seni Korea