Follow Us

5 Alasan Utama Kenapa Metal Nggak Akan Pernah Mati di Indonesia

Mohammad Farras Fauzi - Minggu, 22 Agustus 2021 | 18:05
Hammersonic 2018
Doc. Rizky Abdu Rahman

Hammersonic 2018

HAI-ONLINE.COM - Kalo ngomongin tentang industri dan varian musik yang tumbuh di tanah air, selama apa pun durasinya pasti nggak akan bisa kelar.

Dengan banyaknya jenis musik yang tumbuh sejak zaman jebot hingga gembot (game board), perpustakaan musik di Indonesia udah dipastikan rame banget kayak ibu-ibu mau ikut lomba Agustusan.

Dari dekade ke dekade, gelombang musik yang beragam ini juga mengalami banyak perubahan, yang dipengaruhi oleh kultur pop dan isu yang sedang berkembang.

Baca Juga: OnlyFans Bakal Larang Konten Pornografi Mulai 1 Oktober Mendatang

Mulai dari ranah yang paling umum kayak Pop Melayu, K-Pop, EDM, Funkot, hingga yang cukup spesifik seperti black gaze ataupun dark wave; semuanya mendapat porsinya masing-masing di negeri ini.

Tapi coba kalian runut ke masa lalu deh, dari banyaknya gelombang musik yang hadir tersebut, ada salah satu ranah musik nggak akan pernah terusik sedikit pun.

Apa lagi kalo bukan metal, gelombang musik cadas yang juga menghadirkan banyak subkultur baru sejak kehadiran awalnya di Indonesia.

Sejak dipopulerkan lewat kehadiran band-band hard rock dan hair metal yang populer di medio 1970-an hingga 1980-an, metal adalah nyawa penting bagi warna musik di Indonesia.

Melihat fenomena ajaib ini, HAI coba membedah 5 alasan utama kenapa metal nggak akan pernah mati di Indonesia. Simak ulasan kami di bawah:

Baca Juga: 7 Alasan Kenapa The Strokes Layak Dinobatkan Sebagai Band Rock Terbaik di Dekade Ini

Pelan Tapi Pasti

Poster Konser Deep Purple di Jakarta, 1975
Facebook / All Access Global Rock Stream

Poster Konser Deep Purple di Jakarta, 1975

Untuk menjelaskan maksud pelan tapi pasti ini, saya akan terlebih dahulu meminjam istilah “musik ngak ngik ngok” yang dulu dipopulerkan oleh Presiden Ir. Soekarno untuk melanggengkan kampanye anti imperialisme barat.

Jangankan metal, bahkan di 1965 Koes Ploes yang sering dianggap sebagai “The Beatles-nya Indonesia” aja sempet mendekam di tahanan selama dua bulan karena dianggap nggak melambangkan sikap kontra-revolusi.

Merujuk pada tulisan Hikmat Darmawan tentang ini, publik Indonesia akhirnya mulai akrab dengan musik yang agak ekstrim berkat band-band kayak Led Zeppelin, Deep Purple, dan Black Sabbath. Bahkan Deep Purple juga sempat hadir untuk konser di Senayan pada tahun 1975.

Pelan tapi pasti, geliat musik metal mulai menumbuhkan semangat dan energi baru di berbagai daerah di Indonesia.

Nggak cuma kota besar kayak Bandung atau Surabaya, melainkan juga kota-kota kecil lain yang ikut merayakan kegaharan musik yang terbilang “baru” bagi mereka ini.

Penyebarannya tentu dilakukan secara tidak terlihat, di bawah tanah (tidak dalam arti sebenarnya), atau underground dalam Bahasa Inggris - lahirlah istilah musik underground yang pada zaman 90-an hingga 2000-an awal kerap diasosiasikan dengan musik metal.

Kolektif Metal yang Solid di Setiap Daerah

Buku tentang Komunitas Metal Terbesar di Indonesia, Ujungberung Rebels: Panceg Dina Galur
Warning Magz

Buku tentang Komunitas Metal Terbesar di Indonesia, Ujungberung Rebels: Panceg Dina Galur

Terbiasa dengan penyebaran metal yang serba tersembunyi namun tetap rapi dan terorganisir, komunitas metalhead yang ada di berbagai di daerah Indonesia pun tumbuh secara subur, berperan secara gerilya untuk mengenalkan kultur baru ini di lapisan masyarakat awam.

Salah satu yang paling terkenal tentu saja adalah yang dilakukan oleh barudak Bandung.

Di ujung timur kota sejuk ini, tepatnya di bilangan Ujungberung, hadir segerombol pemuda dengan hasrat yang sama untuk menumbuhkan pemahaman terhadap musik metal secara taktis dan strategis. Band-band seperti Burgerkill, Jasad, Forgotten, atau Beside lahir di sini.

Tentu nggak cuma Bandung dengan Ujungberung-nya, gerakan kolektif serupa pun juga hadir di Kota-kota seperti Surabaya lewat gerakan Gedung Srimulat/Inferno atau Yogyakarta lewat JCG (Jogja Corpse Grinder).

Solidnya gerakan kolektif ini kemudian menghadirkan beragam event akbar yang bergengsi sejenis Bandung Berisik, Rock in Celebes, Rock in Solo, Surabaya Berontak, dan ribuan event lain yang memantik banyak individu untuk memainkan musik yang lebih gahar dan berani.

Peran kolektif semacam itu yang akhirnya menciptakan sebuah embrio baru untuk masa depan musik metal di Indonesia. Voila, metal pun mulai rajin muncul di permukaan dan mulai dikenal oleh banyak lapisan masyarakat.

Produsen Band Metal Berkualitas

JASAD
Instagram.com/jasad_official

JASAD

Meski metal adalah salah satu jenis musik yang cukup susah untuk dimainkan, nyatanya metal tetep jadi favorit buat dijadiin acuan musik bagi banyak pemuda Indonesia, buanyak banget di antaranya yang memiliki kualitas ciamik.

Kalo kalian coba ngulik lebih dalam, kabupaten/kota di luar Jawa seperti Makassar, Padang, Palembang juga memiliki skena metal yang mendalam dan juga nggak kalah kerennya lho, tentu nggak bisa kami sebutkan satu per satu di sini namanya.

Baca Juga: 5 Band Metal Indonesia Keren yang (Mungkin) di Luar Jangkauan Radar Lo, Berbahaya!

Ini juga belum termasuk band-band dari Pulau Jawa sendiri yang belum terjangkau oleh radar metal nasional.

Nggak heran kalo band metal Indonesia udah banyak banget yang jadi langganan buat manggung di festival metal Internasional macam Wacken Open Air atau Obscene Extreme Festival.

Bukan cuma itu, dengan solidnya band dan juga event metal yang ada, Indonesia juga bersanding dengan negara-negara seperti AS, Jerman, Rep. Ceko, dan Swedia sebagai salah satu destinasi penting bagi metalhead di seluruh dunia.

Hal ini juga sempet masuk variabel pada film dokumenter Global Metal 2008 garapan Sam Dunn pada tahun 2007 lalu. Simak cuplikan tentang skena metal di Indonesia pada film tersebut di bawah:

Trio BSD (Burgerkill, Seringai, DeadSquad)

Begundal Hell Club, fans militan dari Burgerkill
Twitter / @burgerkill

Begundal Hell Club, fans militan dari Burgerkill

Maaf-maaf nih ya, kami tau kok singkatan di atas agak gimana gitu dan sedikit norak. Plus pasti bakal banyak fans band metal lain yang bisa mencak-mencak karena nggak disebutin nama band favoritnya.

Gini my friend, bukannya mau mengesampingkan ribuan band metal keren lain yang ada di Indonesia.

Tapi pemilihan tiga band ini semerta-merta karena kiprah mereka yang sangat berpengaruh buat memperkenalkan scene metal di Indonesia, terutama kepada publik internasional.

Baca Juga: 3 Band Metal asal Indonesia dengan Fanbase Besar dan Berpengaruh

Meskipun DeadSquad dan BK lagi diterpa kabar kurang sedap terkait hubungan antar personel dan eks personelnya, kedua band ini adalah aktor utama gimana musik metal bisa lebih diterima secara luas di banyak lapisan masyarakat.

Untuk Seringai, kami tahu kalo sebagian besar dari kalian akan mengeluarkan ujaran seperti “bang Seringai kan bukan metal,” “Et dah ini mah high octane rock kali,” atau bahkan “mimin kurang metal nih,” untuk menanggapi ini.

Sumbangsih fren, kultur metal – atau musik cadas secara general – nggak akan pernah hadir di kehidupan kalian sampe seawet ini.

Seringai - dihuni oleh empat personel solid yang pandai baca ruang ini - bisa menciptakan kultur metal yang tetap keren dan maksimal tanpa harus mendapat cap serem di mata masyarakat umum. Siapa yang bakal ngira sosok penyanyi pop tulen seperti Raisa bisa make merchandise band metal?

Satu lagi hal penting yang dihuni oleh tiga band di atas tentu saja adalah peran gitaris yang berperan sebagai playmaker buat band masing-masing.

Ketiga gitaris ini, Eben [Burgerkill], Ricky Siahaan [Seringai], & Stevi Item [DeadSquad] juga merupakan founder masing-masing dari band tersebut. Tanpa mereka, nyawa dari lagu-lagu ikonik dari Trio BSD ini mungkin bakal berbeda.

Metallica 2013 – Jokowi 2014

Jokowi Saat Menghadiri Konser Metallica di Jakarta, 2013
HAI

Jokowi Saat Menghadiri Konser Metallica di Jakarta, 2013

Pondasi metal di pertengahan 2010-an sudah terbentuk sangat rapi dan solid di Indonesia. Meski begitu, metal belum mendapatkan kesan yang cukup sempurna di mata masyarakat luas.

Merujuk pada kesuksesan sekaligus "kegagalan" konser Metallica di Jakarta pada tahun 1993, Indonesia pun dengan berani kembali mengundang salah satu pionir thrash metal ini untuk menghentak Senayan pada 25 Agustus 2013.

Event kelas wahid yang masuk dalam rangkaian Death Magnetic Tour ini diinisiasi oleh sosok yang menjadi gubernur DKI Jakarta kala itu, Joko Widodo; yang sebelumnya juga berhasil mengakomodir hasrat dari para metalhead Solo lewat Rock in Solo 2011 yang dihadirinya saat masih menjadi Walikota Solo.

Baca Juga: Jokowi Disambut Bagai Bintang Sejak Pintu Masuk Festival Konser Metallica

Tidak hanya menginisiasi lahirnya event untuk melepas kekangenan para metalhead pada Metallica kala itu, Mr. Jokowi pun juga turut hadir menyaksikan Metallica yang diakui sebagai salah satu band favoritnya.

Bak gayung bersambut, dihadiri oleh puluhan ribu penonton lintas generasi, konser Metallica di Jakarta pada tahun 2013 ini menjadi momen shifting yang penting, baik bagi dinamika musik metal atau dinamika politik di Indonesia.

Melalui event tersebut, Jokowi berperan sangat penting untuk mengangkat citra metal di Indonesia; dan sebaliknya, berkat kesuksesan event tersebut, popularitas Jokowi sebagai aktor politik pun juga semakin meningkat berkali-kali lipat.

Meningkatnya popularitas akan berjalan beriringan dengan meningkatnya elektabilitas. Terbukti, di Pemilihan Umum Presiden Indonesia 2014, Jokowi terpilih sebagai Presiden RI ke-7 pada tanggal 22 Juli 2014, dan dilantik pada 20 Oktober 2014.

Baca Juga: Sebut Ahmad Dhani Sangat Penting di Hidupnya, Ari Lasso: Kalo Nggak Ketemu Dia Mungkin Beda Cerita Hidup Gue

Seperti namanya, metal - yang di dalam bahasa Indonesia berarti logam - tetap menjadi keras dan dan tidak akan bisa untuk dihancurkan, sekeras apa pun terpaan yang menimpanya.

Gempuran musik "instant" yang cukup ramai untuk dipergunakan dan dikonsumsi di media sosial masa kini pun nggak akan cukup kuat untuk mengusik metal dari singgasananya di Indonesia.

Dengan 5 poin penjabaran di atas atas dinamika musik metal di Indonesia, maka HAI berani memprediksi kalo di tengah ramainya jenis musik yang beredar, sampai beberapa dekade ke depan pun, metal nggak akan pernah mati di Indonesia.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest