Untuk menjelaskan maksud pelan tapi pasti ini, saya akan terlebih dahulu meminjam istilah “musik ngak ngik ngok” yang dulu dipopulerkan oleh Presiden Ir. Soekarno untuk melanggengkan kampanye anti imperialisme barat.
Jangankan metal, bahkan di 1965 Koes Ploes yang sering dianggap sebagai “The Beatles-nya Indonesia” aja sempet mendekam di tahanan selama dua bulan karena dianggap nggak melambangkan sikap kontra-revolusi.
Merujuk pada tulisan Hikmat Darmawan tentang ini, publik Indonesia akhirnya mulai akrab dengan musik yang agak ekstrim berkat band-band kayak Led Zeppelin, Deep Purple, dan Black Sabbath. Bahkan Deep Purple juga sempat hadir untuk konser di Senayan pada tahun 1975.
Pelan tapi pasti, geliat musik metal mulai menumbuhkan semangat dan energi baru di berbagai daerah di Indonesia.
Nggak cuma kota besar kayak Bandung atau Surabaya, melainkan juga kota-kota kecil lain yang ikut merayakan kegaharan musik yang terbilang “baru” bagi mereka ini.
Penyebarannya tentu dilakukan secara tidak terlihat, di bawah tanah (tidak dalam arti sebenarnya), atau underground dalam Bahasa Inggris - lahirlah istilahmusik underground yangpada zaman 90-an hingga 2000-an awal kerap diasosiasikan dengan musik metal.
Kolektif Metal yang Solid di Setiap Daerah
Terbiasa dengan penyebaran metal yang serba tersembunyi namun tetap rapi dan terorganisir, komunitas metalhead yang ada di berbagai di daerah Indonesia pun tumbuh secara subur, berperan secara gerilya untuk mengenalkan kultur baru ini di lapisan masyarakat awam.
Salah satu yang paling terkenal tentu saja adalah yang dilakukan oleh barudak Bandung.
Di ujung timur kota sejuk ini, tepatnya di bilangan Ujungberung, hadir segerombol pemuda dengan hasrat yang sama untuk menumbuhkan pemahaman terhadap musik metal secara taktis dan strategis. Band-band seperti Burgerkill, Jasad, Forgotten, atau Beside lahir di sini.
Tentu nggak cuma Bandung dengan Ujungberung-nya, gerakan kolektif serupa pun juga hadir di Kota-kota seperti Surabaya lewat gerakan Gedung Srimulat/Inferno atau Yogyakarta lewat JCG (Jogja Corpse Grinder).