HAI-Online.com - Melamun atau bengong biasanya hanya menjadi kebiasaan saja. Tetapi, di Korea Selatan melamun atau bengong dijadikan ajang perlombaan tepatnya di Pulau Jeju baru-baru ini.
Baca Juga: Netizen Sebut MasterChef Indonesia Kebanyakan Drama, Chef Juna: Itu Spontan Terjadi
Pihak penyelenggara kompetisi tahunan Korea Selatan ini kembali mengadakan perlombaan melamun (Kompetisi Space Out) atau tidak melakukan apa pun pada Mei 2021. Panitia mengadakan acara tersebut di hutan Pulau Jeju yang terletak di sebelah selatan semenanjung Korea karena dianggap tempat yang tenang untuk melamun.
Syarat peserta yang bisa ikut perlombaan yakni orang tua yang bekerja dari rumah, pelajar yang mengalami sekolah jarak jauh, dan orang-orang yang lelah dengan kondisi pandemi Covid-19.
Dilansir dari The Washington Post, (29/5/2021), sebanyak 28 orang peserta berkumpul di bawah kanopi rindang untuk mengikuti Kompetisi Space Out pada Rabu (26/5/2021). Pemenang dari kompetisi ini adalah peserta yang memiliki detak jantung terendah dan paling stabil setelah keluar dari zona merenung. Mereka cenderung tidak melakukan apapun dan hanya melamun.
Kegiatan ini diinisiasi seniman Korea Selatan, Woopsyang, yang menciptakan Space Out pada tahun 2014. Hal itu sebagai penolakan terhadap masyarakat Korea Selatan yang serba cepat dan penuh tekanan. Menurutnya, kebiasaan seperti itu menyebar ke tempat lain seperti Hong Kong dan Belanda.
"Dunia yang dilanda pandemi membutuhkan Space Out (waktu rehat) lebih dari sebelumnya," ujar Woopsyang. "Kami memiliki banyak waktu rehat di rumah kami, tetapi kami menghabiskan waktu itu untuk stres karena virus corona dan merasa cemas," lanjut dia.
Kompetisi Space Out ini diselenggarakan secara langsung. Sementara, pada tahun lalu diselenggarakan secara online. Para ahli mengatakan, tekanan pandemi dapat membuat tubuh dan pikiran dalam mode bertahan hidup secara virtual.
Seorang psikiater klinis di Rumah Sakit Kangbuk Samsung Seoul, Shing Dong-won mengatakan, orang-orang merasa sulit untuk tetap diam dan terus khawatir tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Sebab, mereka belum pernah menghadapi ancaman virus jenis baru ini.
"Tetapi apa yang dibutuhkan otak selama masa-masa yang tidak biasa ini adalah momen untuk keluar, istirahat mental untuk membebaskan diri dari siklus kecemasan yang terus berlanjut," ujar Shin Dong-won.