Follow Us

Wawancara Eksklusif Wolf Alice: Bocoran Album Blue Weekend & Single Smile

Bagas Rahadian - Kamis, 06 Mei 2021 | 21:01
Wolf Alice
Siaran pers

Wolf Alice

HAI-Online.com - Mulai dari era The Beatles, Blur, hingga Radiohead, band-band asal Britania Raya, khususnya Inggris, memang kerapkali beken hingga ke banyak penjuru dunia.

Tongkat estafet popularitas musik Inggris saat ini tampak ada di tangan band rock muda bernama Wolf Alice.

Baca Juga: Terungkap Lagu dan Album Green Day Favorit Billie Joe Armstrong

Sejak 5 tahun belakangan, band ini meraih popularitas tinggi di negara tersebut dan bahkan punya kalangan fans die-hard. Beruntung semua itu berbanding lurus sama produktifitas mereka dalam bikin musik.

Band beranggotakan Ellie Rowsell (vokal, gitar), Joff Oddie (gitar, vokal), Theo Ellis (bass) dan Joel Amey (drum, vokal), ini akan merilis album ketiganya 'Blue Weekend' pada Juni depan.

HAI pun dapet kesempatan buat ngulik seluk-beluk dari band ini, dari karya terbaru mereka, konser virtual, hingga influence band yang mencakup nu metal hingga Fleetwood Mac.

Bercerita tentang apakah single terbaru kalian yang berjudul 'Smile'?

Ellie: Aku rasa lagu ini bercerita tentang orang yang kerap merasa kecil dan kurang berguna dibandingkan orang lain.

Lagu ini seperti sebuah pengingat bagi orang-orang yang merasakan demikian bahwa semua tidak seperti itu.

Seperti ungkapan 'f**k you' untuk mereka yang membuatmu merasa rendah diri, namun dikemas dengan cara menyenangkan dan penuh kecerian.

Kami membuat aransemen musiknya dengan membayangkan saat kami melangsungkan konser live di mana para penonton moshing dan bersenang-senang.

Apakah secara nggak langsung kalian merindukan konser live dengan diciptakannya lagu ini?

Ellie: Memang nggak secara langsung tentang itu, sih. Tapi, di satu sisi memang bikin kami kangen main secara live. Karena lagu ini punya nuansa upbeat yang pastinya bakal seru kalau dibawain secara langsung.

Ngomong-ngomong, gimana pendapat kalian tentang konser virtual yang lagi marak saat ini?

Theo: Di satu sisi memang terasa sia-sia. Tapi inilah yang kita punya sekarang untuk tetap aman dari virus corona. Kami sendiri memang bikin lagu dengan gambaran apabila ini dibawakan secara langsung.

Kami sendiri belom melakukan konser virtual sejauh ini. Tapi kami telah membuat sejumlah penampilan pre-record dan sejumlah video musik terbaru. Di sisi lain, itu menjadi cara kita untuk bisa tetap kreatif.

Dibanding single sebelumnya 'The Last Man On Earth' yang rilis Februari lalu, adakah eksplorasi yang kalian lakukan di single 'Smile'?

Theo: Ya, dari segi musik, 'Smile' punya nuansa heavy rock yang 'in your face'. Sementara, 'The Last Man On Earth' bisa dibilang merupakan perubahan terbesar pada style bermusik kami, di mana untuk pertama kalinya kita punya lagu yang didominasi dengan alunan piano dan intrumen berbasis string.

'Smile' dan 'The Last Man On Earth' sendiri bisa dibilang merupakan dua ujung yang berbeda dari 'Blue Weekend' (album Wolf Alice yang segera rilis). Itu juga yang jadi alasan kami melepas lebih dulu dua lagu ini, sebagai gambaran yang 'membingungkan' untuk album ini. Memang akan membingungkan sampai kalian mendengar sepenuhnya 'Blue Weekend'.

Bicara soal 'Blue Weekend', adakah inti cerita yang hendak kalian sampaikan di album yang akan segera rilis ini?

Ellie: Hmmm, memang nggak ada benang merahnya, sih. Karena akan ada 11 cerita berbeda di album ini. Ini bukan sebuah konsep album atau semacamnya. Ini lebih tentang gimana hidup kami berjalan.

Theo: Ya, seperti kumpulan dari cerita pendek, di mana semua emosi dan perasaan berkumpul jadi satu di dalamnya.

Denger-denger, Wolf Alice menggarap album terbaru ini di Kota Brussels (Belgia). Gimana ceritanya kalian bisa menggarapnya di sana dan bukan di Inggris?

Joff: Sebenarnya ini bukan pertama kalinya kami merekam album kami ICP Studios, Brussels. EP kedua kami di tahun 2014 juga digarap di sana. Studionya sangat bagus dan karakter sound yang dihasilkan sangat baik. Kami pun memutuskan buat kembali ke sana untuk album ketiga kami ini.

Di album kedua kami menggarap semuanya di Los Angeles (Amerika Serikat). Jadi, kami berpikir, kenapa nggak kita memilih studio yang lebih dekat ke rumah (Inggris) untuk proyek kali ini.

Baca Juga: Hayley Williams Bahas Album Baru Paramore dan Merchandise Earth Day

Mengingat lagu-lagu Wolf Alice punya karakter musik yang dinamis, apakah kalian berlima punya selera musik yang berbeda satu sama lain?

Theo: Ya, bisa dibilang background kita dari segi musik cukup beragam. Kayak Joff merupakan gitaris folk yang keren. Joel punya wawasan yang luas soal musik punk rock. Dan Ellie sendiri adalah seorang dewi, hahaha.

Joff: Aku pribadi sih suka sama Velvet Underground. Tahu lah, mereka merupakan salah satu pionir dengan lagu-lagu absurd namun ngena di banyak orang.

Ellie: Dalam konteks album ini, aku cukup banyak terinspirasi sama Fleetwood Mac. Gimana mereka sangat handal dalam meramu irama dan lirik yang sama-sama enak.

Joel: Kalo aku sih nu metal, haha. Papa Roach. Linkin Park merupakan album pertama yang aku punya. Tapi Fleetwood Mac aku juga suka kok. (*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya

Latest