Buntutnya, para pimpinan sekutu yang terdiri dari Jenderal Mallaby, Kapten Smith, Kapten Shaw, dan Letnan Laughland ditahan oleh sekelompok pemuda.
Mayor Venugopall pun melempar granat ke arah pemuda itu. Pertikaian hebat pun terjadi, di sana Mallaby terbunuh entah, terkena granat atau ditusuk pemuda menggunakan bambu runcing, ada beberapa versi berbeda yang beredar.Inggris pun mengecam keras peristiwa itu.Kapten Shaw yang juga menjadi tawanan, mengancam akan membalas perlakuan yang diterima sekutu dengan mengerahkan seluruh kekuatan Inggris, baik darat, laut, dan udara.
Mereka pun meminta masyarakat Surabaya menyerah jika tidak ingin dihancurleburkan. Demi mengantisipasi balasan yang dimaksud, rakyat Surabaya pun dilatih menggunakan senjata dan granat tangan.
Pemuda-pemuda dan pasukan TKR mempersiapkan diri untuk terjadinya pertempuran. Rakyat pun memiliki semangat yang berapi-api untuk memberikan perlawanan. Inggris kembali mendatangkan pasukan setelah kematian Mallaby, akli ini dipimpin oleh Mayor Jenderal E.C. Mansergh.
Baca Juga: Kamala Harris Perempuan Pertama Wapres Amerika Serikat Terpilih, Hobinya Koleksi ConverseMenyerah tanpa syarat
Pada 8 November, mereka mengirimkan surat kepada Gubernur Soeryo. Surat itu berisi ancaman serius sekutu untuk menggempur seluruh Surabaya. Soeryo pun membalas surat itu keesokan harinya, namun entah bagaimana surat itu tidak sampai ke tangan sekutu.
Hal itu pun membuat pihak sekutu mengeluarkan ultimatum yang berisi perintah pada orang-orang Indonesia untuk meletakkan bendera Merah Putih di atas tanah dan para pemuda harus menghadap pada sekutu dengan angkat tangan atau menyerahkan diri.
Pemuda juga harus bersedia menandatangani surat yang menyatakan menyerah tanpa syarat. Mansergh menginstruksikan agar seluruh perempuan dan anak-anak meninggalkan Surabaya sebelum pukul 19.00 WIB.
Bagi pribumi yang masih nekat membawa senjata setelah pukul 06.00 WIB di tanggal 10 November 1945, diancam akan dijatuhi hukuman mati.
Ultimatum keras itu mengusik perasaan rakyat Indonesia, karena dianggap menghina martabat dan harga diri bangsa yang sudah merdeka.Pertempuran 10 November
Pemuda Surabaya bulat tekad untuk menolak ultimatum, hal itu disampaikan oleh Gubernur Soeryo melalui siaran radio di 9 November 1945 malam, pukul 23.00 WIB.
Akibatnya, terjadilah pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Sejak pagi hari, Inggris sudah melakukan penyerangan. Namun pemuda Surabaya sama sekali tidak gentar atas serangan yang dilakukan.