HAI-Online.com -Hari ini 75 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 10 November 1945 para pemuda Surabaya berjuang melawan serangan pasca-kemerdekaan yang dilakukan sekutu di kota mereka.
Meski Indonesia sudah memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, namun, itu bukan berarti bangsa ini sudah sepenuhnya bebas dari upaya bangsa lain yang masih ingin menguasai Nusantara.
Berdasarkan paparan di laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Surabaya memang menjadi kota terjadinya pertempuran terbesar di masa setelah kemerdekaan.
Baca Juga: Indonesia Bakal Sambut 6 Pahlawan Nasional Baru di Hari Pahlawan 2020, Siapa aja Mereka?
Ketika itu, Jepang yang kalah Perang Dunia II menyerah kepada sekutu (Inggris dan Belanda), sehingga harus melepaskan Indonesia dari kekuasaannya. Sebelum meninggalkan Indonesia, Jepang dituntut untuk menyerahkan semua senjatanya.
Akhirnya, pada 3 Oktober 1945 mereka menyerahkan senjata-senjata yang dimiliki kepada rakyat Indonesia yang nantinya bertanggung jawab untuk menyerahkannya kembali pada pihak sekutu.
Di akhir Oktober 1945, kapal perang milik sekutu bernama Eliza Thompson berlabuh di Surabaya. Pasukan yang ada di dalamnya datang dengan dipimpin oleh Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby.
Pasukan sekutu itu bertugas melucuti senjata para serdadu Jepang, mengangkut tawanan perang, dan menjaga ketertiban di Surabaya. Akan tetapi, kenyataannya sekutu yang didominasi oleh pasukan Inggris ini nggak melakukan tugas dengan semestinya, mereka menyimpang.
Pada 27 Oktober 1945, tentara sekutu menyerbu penjara untuk membebaskan para perwira mereka yang ditahan Indonesia. Sekutu juga menduduki tempat-tempat vital di kota itu, seperti lapangan terbang, kantor pos, radio Surabaya, gedung internatio, pusat kereta api, pusat oto mobil dengan maksud menduduki Surabaya.
Baca Juga: Perkembangan Tren Korean Wave di Indonesia, Dari K-Pop Hingga K-Style