Pasukan sekutu ini juga diduga membawa NICA (pemerintah sipil Belanda) dengan dua motor boat bermuatan Pasukan Serikat yang menembaki pos komando laut RI.Ultimatum
Hal lain, tanpa sepengetahuan Jenderal Mallaby, Angkatan Udara Inggris menjatuhkan selebaran di atas Surabaya yang berisi perintah pada rakyat Surabaya dan Jawa Timur untuk menyerahkan kembali semua senjata dan peralatan perang milik Jepang dalam waktu 48 jam.
Jenderal Hawthorn, orang yang sebelumnya juga menjadi pimpinan pasukan, mengultimatum rakyat Surabaya. Kalo nggak mematuhi perintah Inggris, maka akan mendapatkan hukuman yang seberat-beratnya.
Baca Juga: Opera Buka Lowongan Kerja Buat Lo Yang Doyan Komenin Meme Lucu, Gajinya Ratusan Juta
Masyarakat Surabaya, khususnya para pemuda pun dibuat geram dengan semua tindakan itu, karena semua itu dianggap menghina bagi bangsa Indonesia yang sudah merdeka.
Atas persetujuan pemerintah, di bawah pimpinan Komandan Divisi TKR, Mayor Jenderal Yono Sewoyo, maka dikeluarkan perintah perang kepada badan perjuangan, polisi, dan TKR untuk menghadapi sekutu. Di sinilah titik mula perlawanan terhadap sekutu di Jawa Timur dimulai.
Menyerang kamp Belanda dan sekutuSore hari pada 28 Oktober 1945, sekitar 140 ribu pasukan yang berasal dari prajurit TKR dan kelompok pemuda bersenjata bersatu di bawah komando dr. Mustopo untuk menyerang kamp Belanda dan sekutu.
Masih di hari yang sama, di malam harinya melalui siaran radio, disebarkan semangat pada seluruh lapisan masyarakat agar bersatu dan merebut kembali tempat-tempat penting yang diduduki sekutu.Hal itu disampaikan oleh Bung Tomo, seorang tokoh yang memiliki gaya bicara berapi-api.Dengan begitu, semangat revolusi pun terbentuk di benak masyarakat yang ada di sepenjuru kota. Melihat kondisi ini, pemimpin Nahdatul Ulama dan Masyumi pun mendukung dan menyatakan perang mempertahankan Tanah Air sebagai perang Sabil.
Keesokan harinya, pada 29 Oktober 1945, para pemuda berhasil menguasai kembali obyek-obyek vital yang sebelumnya diduduki sekutu.Penghentian kontak senjata
Mengetahui terjadi serangan dari warga Surabaya, Jenderal Hawntorn meminta Presiden Soekarno menyerukan penghentian terkait pertentangan antara pemuda Surabaya dan Sekutu.
Itu dilakukan semata-mata demi melindungi pasukannya dari amukan masyarakat Surabaya. Permintaan itu dituruti, kontak senjata dihentikan, dibentuk komite penghubung, dan sekutu mau mengakui kedaularan.
Namun, nggak lama dari itu, sekutu ini justru melakukan penyerangan di kampung penduduk. Kontan hal itu menyulut pertikaian.