HAI-ONLINE.COM - Beberapa hari belakangan, dunia maya lagi dihebohin sama anggaran ‘siluman’ dalam rancangan Kebijakan Umum Anggaran Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2020 DKI Jakarta.
Bayangin, ada anggaran 82 Milyar yang katanya digunain buat beli lem aibon! Angka itu belum lagi ditambah anggaran nggak wajar lain, kayak anggaran beli komputer dan bolpoin.
Bocornya anggaran ‘siluman’ tersebut pertama kali diungkap oleh William Aditya Sarana lewat akun Instagram pribadinya, @willsarana.
Pertanyaannya, siapa sih William Aditya Sarana ini?
Baca Juga: Mengenal Encephalitis, Infeksi Otak yang Jadi Penyebab Alfin Lestaluhu Meninggal Dunia
Yap. Dia adalah anggota DPRD DKI Jakarta periode 2019-2024 dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Dilansir dari kompas.com, William merupakan anggota DPRD DKI Jakarta termuda.
Pria kelahiran 2 Mei 1996 ini pernah cerita, kalo dia udah jatuh cinta sama dunia politik sejak duduk di bangku sekolah menengah.
Waktu itu, dia aktif di beberapa organisasi kayak OSIS.
Setelah lulus sekolah dan masuk fase kuliah, minat William makin tersalurkan. Dia tercatat sebagai anggota kongres mahasiswa UI dan juga ketua mahkamah mahasiswa UI.
Baca Juga: Terjaring Operasi Zebra, Pengendara Motor Pura-pura Kesurupan Biar Nggak Ditilang
Pengalaman dan ‘portofolio’ itu yang bikin William mantap berkecimpung dalam dunia politik praktis. Lebih spesifik lagi, dia ngerasa bahwa anggota DPRD DKI periode sebelumnya cukup ‘buruk’.
Bukan tanpa alasan, sob. William bilang gitu karena nggak ada anggota yang melaporkan LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara) ke KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).
Selain wakil rakyat, Willam juga nyorot kinerja Gubernur DKI Jakarta, yang dianggapnya masih kurang maksimal.
"Anggota DPRD sebelumnya yang paling buruk. Anggotanya enggak ada yang lapor LHKPN bahkan wakil ketua KPK bilang jangan pilih petahana ditambah kita sekarang punya Gubernur Anies yang menurut saya bisa jadi Gubernur terburuk sepanjang DKI Jakarta. Nah kombinasi ini yang membuat saya mau terjun langsung ke politik praktis," ujar William, seperti dikutip kompas.com.
Dia ngerasa kalo ‘cuma’ jadi advokat sesuai jurusannya, dia nggak bakal bisa bikin perubahan cepat buat kepentingan masyarakat.
“Kita harus terjun langsung, dan kawal kebijakannya,” sambung William.
Baca Juga: Nggak Sampai Setengah Dari Warga Indonesia Yang Suka Berolahraga
William bergabung dengan PSI, karena menurutnya PSI memiliki ekosistem partai politik yang masih ‘sehat’.
Dia ngejamin, dengan ekosistem partai yang masih sehat tersebut, maka dia bersama 7 anggota PSI lainnya yang kepilih jadi anggota DPRD DKI transparan dan anti korupsi.
"Kita anti korupsi enggak ada uang mahar dan lain-lain. Nah ekosistem ini yang kita mau bawa sebagai bentuk perubahan di politik praktis di indonesia dalam hal ini DKI," tambahnya.
Dalam prosesnya jadi anggota DPRD DKI, William ngasih tau kalau modal yang dia keluarin sebesar 500 juta rupiah.
Modal itu digunakan untuk sosialisasi dan pengenalan diri ke masyarakat.
"Bikin mahal itu kan sebenarnya kalau kita kasih sembako atau uang ke warga. 1 orang bisa 200 sampai 300 ribu itu yang biikin mahal. Saya enggak melakukan itu, saya enggak membagikan sembako enggak membagikan amplop-amplop uang. Saksi pun hanya di kecamatan jadi sangat murah," paparnya.
Baca Juga: Cemburu Lihat Mantan Ngobrol dengan Cowok, Remaja Ini Penggal Kepala Teman Sekelas
Selama masa kampanye, perjalanan William nggak bisa dibilang mulus.
Dia bahkan ngerasa dirinya ini triple minority.
"Di kampus saya double minority. Politik kampus saya Kristen, saya Chinese. Pada saat masuk praktis saya triple minority, saya Chinese, muda, dan Kristen," katanya.
Masuknya William dalam ranah politik sempat ditentang oleh kedua orangtuanya. Tapi, dia tetap mengikuti panggilan hatinya dan akhirnya kepilih jadi anggota DPRD DKI termuda.