Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Review Film Gundala: Negeri Ini Butuh Patriot, Musuhnya Kebanyakan!

Al Sobry - Sabtu, 31 Agustus 2019 | 15:04
Review Film Gundala: Negeri Ini Butuh Patriot, Musuhnya Kebanyakan!
BumiLangit

Review Film Gundala: Negeri Ini Butuh Patriot, Musuhnya Kebanyakan!

HAI-Online.com- Akhirnya gambaran tokoh superhero dari Republik Indonesia muncul juga dalam cerita di film Gundala: Negeri Ini Butuh Patriot.

Nggak perlu susah menggambarkan siapa sih pahlawan yang diperankan Abimana Aryasatya ini kalo melihat lebih dulu alur cerita di filmnya.

Penonton malah bisa menggambarkan sendiri, Gundala versi masing-masing berbasis dari filmnya. Apakah ia bocah yang disambar petir, seorang satpam yang jadi pahlawan, anak yatim yang jadi jagoan atau patriot untuk negeri ini?

Baca Juga: Komik Gundala Jadi Pelengkap Filmnya, Isi Beda Sama Edisi Klasiknya

HAI lebih suka yang terakhir, sesuai dengan deskripsi yang diatur sang penulis naskah dan sutradara Joko Anwar dalam tagline judulnya, negeri ini butuh patriot.

Nggak heran, Gundala dalam filmnya punya peran penting sehingga ia harus muncul sendirian dari jagat "Bumi Langit". Kita tahu, mereka punya banyak tokoh superhero lokal lain yang disimpan buat dimunculkan nanti. Yang jelas, sebagai permulaan Joko cukup baik mengenalkan patriot pertamanya.

Jika dalam komik Gundala atau Sancaka digambarkan sebagai sosok yang akademis, yaitu seorang insinyur yang berambisi mencari serum anti-petir. Alih-alih menemukan serum, Sancaka malah tersambar petir.

Singkatnya, kejadian itu malah mempertemukan ia dengan Raja Petir Kronz. Kronz mengangkat Sancaka menjadi anaknya dan memberikan kalung ajaib yang bisa mengubah dirinya menjadi manusia super. Sejak itu, ia pun dikenal sebagai Gundala Putra Petir.

Sancaka berubah

Sancaka berubah

Nggak, cerita Gundala di Negeri Ini Butuh Patriot nggak demikian. Meski film ini diadaptasi dari serial komik karya Hasmi, angle cerita di Negeri Ini Butuh Patriot nggak betul-betul persis seperti dalam cerita gambarnya, justeru Joko Anwar memberi sentuhan lokal yang banyak_super banyak malah, sehingga unsur kekinian dalam ceritanya menjadi kuat.

Baca Juga: Film Gundala Dinotice Golden Globes, Joko Anwar: Keringet Dingin Segede Kerikil

Joko juga lebih mengeksplorasi tokoh Sancaka. Gambaran masa kecil Sancaka (diperankan Muzaki Ramdhan) cukup dapat porsi yang banyak dengan alur yang dibuat maju mundur.

Sancaka kecil

Sancaka kecil

Sudut pandang ini yang bikin film Gundala berbeda dengan versi atau filmnya di tahun 1981 silam. Sisi imajinatif dari komiknya tidakkental tapi seakan-akan sains yang dimasukan ke dalam cerita dibuat masuk akal.

Untuk itu, Gundala yang diperkenalkan lewat film ini ceritanya dibuat lebih dekat, kalo pun ada “keajaiban super” hal yang dimunculkan itu adalah yang sudah dipercaya orang kebanyakan termasuk warga Republik Indonesia.

Jadilah Sancaka ini sebagai satpam sebuah gudang percetakan koran bernama TheJakarta Times. Pertunjukan masa kecil Sancaka digambarkan tidak terlalu baik untuk anak-anak karena orangtuanya menjadi korban ketidakadiladan pemerintah.

Saat dewasa, Sancaka bekerja sebagai satpam yang diam-diam punya skill teknisi. Sebuah bakat utak-atik elektronik yang dipeliharanya dari kecil hingga sekarang, termasuk memelihara ketakutannya sama petir jika datang hujan.

Baca Juga: Jangan “Bunuh” Gundala dan Teman-temannya Lagi!

Nah, tinggal di sebuah kompleks rusun, Sancaka yang pengen jauh dari masalah orang-orang nampaknya agak susah kalo nggak ikut campur sama urusan orang. Kejadian demi kejadian membuat Sancaka jadi petarung yang andal.

Sampai suatu waktu dirinya lemah juga dan petir itu datang membawa keajaiban. Singkatnya, Sancaka sadar petir punya pengaruh besar dalam kekuatannya. Skill utak-atik perkakas elektronik ternyata berfaedah juga dalam membuat kostum khas patriot penumpas kejahatan itu.

Yang keren, nggak cuma sebab musabab Sancaka jadi Gundala. Oh ya, Sancaka di sini belum tahu lho sebutan untuk dirinya yang punya kekuatan super dari petir itu disebut apa. Pasalnya nggak ada teman, orang ahli atau pun media online yang meliput pertarungan preman melawan Sancaka menyebut-nyebut kalo orang dibalik topeng itu adalah Gundalaatau apa?

Makanya lebih enak, kalo pertarungan-pertarungan yang muncul dalam film disebut Sancaka melawan siapa.Bukan Gundala lawan siapa. Tahan!

bapak Pengkor

bapak Pengkor

Terus, masalah apa sih yang dihadapi Sancaka kali ini? Banyak, namun misi utamanya adalah menghancurkan usaha orang jahat dalam “meracuni” ibu-ibu hamil yang mengkonsumsi beras dengan tetesan serum amoral.

Serum itu bisa membuat anak-anak yang dilahirkan nanti bakal nggak punya moral. Hal ini sebagai pertunjukan sains di film sekaligus metafora untuk mengkritik orang-orang jahat di pemerintahan. Intinya, sancaka mau terlibat untuk menyelamatkan generasi yang belum lahir.

Nah yang super keren di sini adalah penggarapan musuh-musuh Sancaka dan sebuah alur yang mengkritisi pemerintahan itu cukup diacungin dua jempol, deh! Pasalnya, baru tahap perkenalan saja, elaborasi musuh-musuh di Negeri Ini Butuh Patriot itu matang banget.

Nggak kepikiran dong ada orang yang mau menjadikan banyak anak yatim di negeri ini menjadi orang-orang hebat dan profesiional sesuai passion mereka namun ujung-ujungnya menjadi orang jahat.

Baca Juga: Punya Akhlak Radikal, Ini Dia 5 Band Metal yang Terkenal Jahatnya!

Penonton awam seperti penulis, sempat menduga-duga bakal susah nih Sancaka melawan kehebatan yang dibangun Pengkor (Bront Palarae), apalagi saat patriot kita belum sadar betul gimana cara memanfaatkan kekuatannya secara full.

Ibarat kata, pasukan musuh Sancaka lebih kayak rombongan Avengers: Endgame, bos pengkor punya "Hulk"nya Indonesia Cecep Arif Rahman yang susah dikalahkan, "Black Widow" (Kelly Tandiono) yang supercool untuk jadi preman cewek, bahkan yang bikin terkejut lagi mereka punya "Doctor Strange" (Ari Tulang) yang waw banget kekuatan ilusinya, terus ada "Harley Quinn" ala-ala psikopat yang diperankan Asmara Abigail. Wah, musuh numpuk sih, sementara Sancaka jadi kayak Thanos-nya alias tunggal.

Nah, sanking banyaknya musuh “keren” yang ditampilkan di film itu, sampai-sampai pertarungan akhir yang seharusnya bakalan epik sih, harus diwarnai sama kejadian narsis para pemeran pembantunya yang “kok musuh ini muncul lagi sih, belum mati pas tadi masuk lubang?”.

Yah, namanya juga film, selalu ada yang nggak sempurna. Namun tetap saja, untuk akhir cerita Gundala: Negeri Ini Butuh patriot, cerita yang dibangun pada adegan kebangkitan musuh baru Gundala nanti itu cukup mengobati penonton untuk yap, mau nonton lagi kelanjutannya.

Lagian, ini tuh film pahwalan lokal banget, musuhnya aja orang Jawa (Sudjiwo Tejo), bangkit dengan cara-cara kuno yang cukup bisa diterima orang Indonesia. Pasti bakalan epik lagi nantinya! (*)

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x