HAI-Online.com - Pada Kamis (1/8) kemarin, masyarakat Indonesia tiba-tiba dikejutkan dengan kabar meninggalnya salah satu musisi yang hampir setahun terakhir berjuang melawan kanker glioblastoma, Agung Hercules.
Seperti yang dilansir HAI dari Kompas.com, glioblastoma memang dikenal sebagai tumor ganas (kanker) stadium 4, di mana sebagian besar sel tumor akan terus bereproduksi serta membelah diri dengan sangat cepat.
Secara umum, kanker ganas yang juga dikenal dengan sebutan astrositoma stadium empat ini biasanya menyerang orang dewasa, tapi beberapa kasus menunjukkan bahwa glioblastoma bisa menyerang siapa saja, termasuk anak muda maupun anak-anak.
Perlu menjadi catatan, gejala penyakit satu ini bisa berbeda antar satu penderita dengan yang lain dikarenakan semua bergantung pada bagian otak mana yang terserang tumor.
Baca Juga: Bakso Barbel, Inovasi Super Unik Agung Hercules di Bidang Kuliner
Meskipun begitu, ada beberapa gejala yang biasanya dirasakan oleh penderita glioblastoma secara umum, di antaranya:
- Mual dan muntah
- Penglihatan ganda atau kabur
- Perubahan mood dan sifat
- Kehilangan nafsu makan
- Kejang
- Penurunan kemampuan berpikir dan belajar
- Sakit kepala yang tak kunjung hilang
Selain itu, tumor satu ini juga bisa mempengaruhi kemampuan berbahasa jika menyerang pada bagian otak yang memiliki fungsi tersebut, sehingga pasien menjadi kesulitan dalam berbicara maupun memahami pembicaraan.
Baca Juga: Cowok Ini Gigit Kecoak Saat Minum Bubble Tea Merek Terkenal, Duh!
Untuk pencegahan, sebenarnya nggak ada cara pasti yang bisa menjamin orang-orang bebas dari glioblastoma, tetapi terdapat sejumlah hal yang bisa dilakukan guna mengurangi risiko terkena kanker otak satu ini.
Cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terkena kanker glioblastoma yaitu dengan menghindari paparan pestisida, insektisida, bahan kimia karsinogenik, radiasi, serta menghentikan kebiasaan merokok.
Kalau kalian ada yang mengalami gejala-gejala di atas, lebih baik langsung pergi ke dokter untuk memeriksa kondisi kesehatan, tapi jika enggak lebih baik mengurangi risiko daripada mengobati kan sob? (*)