HAI-ONLINE.COM - Miris. Guru yang harusnya menjadi orang tua kita di sekolah, malah dianiaya oleh muridnya sendiri. Bahkan, ada yang sampai meninggal. Ada sejumlah insiden kekerasan yang dilakukan murid kepada gurunya. Berikut daftarnya:
1. Nggak Naik Kelas, Siswa Ini Nekat Pukul Gurunya Pakai Kursi Kayu
Seorang siswa SMA Negeri 1 Kubu Raya, EY (20) dilaporkan ke polisi oleh gurunya sendiri Puji Rahayu (34). EY dilaporkan karena diduga menganiaya sang guru seusai pembagian rapot kenaikan kelas, Sabtu (17/6/2017).
Kaur Litprodok Bid Humas Polda Kalbar, AKP Cucu Safiyuddin mengatakan, peristiwa tersebut berawal dari pembagian rapot kenaikan kelas. Pelaku beranggapan, nilai yang diberikan guru berstatus honorer tersebut kurang, sehingga menyebabkan pelaku nggak naik kelas.
"Pelaku jadi emosi karena salah satu nilai mata pelajarannya kurang dan melakukan pemukulan terhadap korban dengan menggunakan kursi yang terbuat dari kayu," ujar Cucu, Selasa (20/6/2017).
Nggak hanya menggunakan kursi, pelaku juga meninju gurunya menggunakan tangan sebelah kanan ke arah kening dan kepala bagian belakang korban, sehingga korban kesakitan.
"Usai kejadian, korban kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada pihak Kepolisian Sektor Kubu," ungkap Cucu.
Menindaklanjuti laporan tersebut, polisi kemudian mengamankan pelaku. Polisi juga mengamankan barang bukti di antaranya satu lembar baju batik warna merah lengan panjang tanpa merk, satu buah kursi kayu warna coklat dalam kondisi tanpa sandaran.
Atas perbuatan tersebut, pelaku dijerat pasal 351 ayat 1 KUHP.
Cek: 5 Fakta Tentang Murid SMP yang Hajar Guru Pake Kursi di Pontianak
2. Aniaya Guru, Siswa SMK di Balikpapan Diberhentikan
Nggak terima mendapat teguran keras dari guru, siswa kelas II di salah satu SMK Balikpapan, Yud, tega menganiaya gurunya hingga masuk rumah sakit. Pri, (41) guru teknik mesin otomotif itu menderita memar di sekujur badan dan kepala akibat penganiayaan.
"Kami nggak bisa toleransi kekerasan siswa seperti ini. Perlakuan siswa yang sudah di luar kewajaran,” kata Wakil Kepala Sekolah Ek, Rabu (19/8/2015).
Pihak sekolah menggelar rapat mendadak terbatas seketika itu. Orangtua Yud pun diberitahukan bahwa si anak nggak lagi bisa diterima sebagai siswa di situ.
“Ibunya yang mewakili keluarga. Ia ditemani pekerja kantor (dari suaminya). Ibunya menerima dengan baik keputusan kami,” kata Ek.
Yud yang merupakan "anak kolong", istilah anak yang lahir dari keluarga tentara, mengambil persamaan setingkat SMP untuk kemudian melanjutkan ke jenjang SMK. Ia memilih masuk sekolah kejuruan otomotif ini mulai kelas satu, dua tahun lalu.
Yud menunjukkan perangai agresif, bahkan sejak pertama masuk sekolah. Ek mengatakan, Yud suka menonjolkan diri di depan teman-temannya, berani mengolok guru, hingga suatu kali terlibat baku pukul dengan sesama teman sekolah.
Ek mengakui soal perangai siswa agresif bisa dimaklumi karena diyakini bisa berubah seiring perjalanan belajar mengajar. Keyakinan itu terbentur pada diri Yud. “Karena ternyata persoalan anak ini mulai dari keluarga,” kata Ek.
Rabu (12/8/2015), saat jeda pergantian mata pelajaran jadi Kimia, Yud menyempatkan diri ke luar kelas. Kesempatan itu dimanfaatkan untuk mengolok guru piket. Pri, guru senior untuk mata pelajaran teknik otomotif, menghardiknya dan meminta Yud kembali ke kelas. Yud justru marah saat itu, menantang berkelahi, memukul Pri, hingga harus dipisah para siswa lain.
“Anak ini memang sering kali mengolok guru piket. Misalnya, paling sering saat pulang sekolah, menggeber-geber motor di hadapan guru piket,” kata Ek.
“Pak Pri nggak membalas. Siswa-siswa yang memisah. Dia langsung dibawa ke rumah sakit, visum, lantas melaporkannya ke Polsek terdekat. Kemudian istirahat. Pak Pri nggak masuk kerja sampai empat hari. Sekarang sudah kembali ngantor,” kata Ek.
Wakil kepala sekolah ini mengatakan, tragedi Yud bagian dari dilema banyak pengajar pada umumnya. Guru dituntut target tinggi dalam menciptakan anak didik yang memiliki bukan sekadar pengetahuan ilmu tetapi juga budi pekerti. Siswa datang dengan latar belakang berbeda satu dengan yang lain, jadikan mengajar terasa kadang sulit kadang gampang.
3. Murid dan Orang Tua Aniaya Guru
Setelah menjalani pemeriksaan intensif, akhirnya siswa SMK 2 Makassar, Muh Alif (15) dan ayahnya, Adnan Achmad (43), ditetapkan sebagai tersangka. Keduanya pun langsung ditahan di markas Polsekta Tamalate.
Kepala Polsekta Tamalate, Komisaris Polisi (Kompol), Muh Azis Yunus kepada wartawan, Kamis (11/8/2016) mengatakan, keduanya terbukti melakukan tindak pidana sehingga ditetapkan sebagai tersangka.
"Keduanya dikenakan pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan. Siswa dan orangtuanya terbukti melakukan pengeroyokan terhadap gurunya di SMK 2 Makassar, Dahrul," ungkapnya.
"Pihak tersangka juga melapor dan kami telah terima laporannya. Dari laporan itu, siswa mengaku juga dipukul. Jadi kami proses juga dan menunggu hasil visum," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, seorang guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 2 Makassar, Dahrul (52), dianiaya oleh orangtua siswanya, Adnan Achmad (43), saat proses belajar berlangsung, Rabu (10/8/2016).
Akibat penganiayaan itu, Dahrul mengalami luka-luka memar di wajahnya dan mulut serta hidungnya mengeluarkan darah. Dahrul lalu melaporkan peristiwa yang menimpa dirinya kepada Polsekta Tamalate.
Penganiayaan ini terjadi setelah anak Adnan, Muh Alif, nggak mengerjakan tugas dan dihukum oleh Dahrul. Alif juga nggak membawa perlengkapan menggambar dan buku.
Alif lalu menelpon ayahnya dan menceritakan perlakuan nggak menyenangkan yang dialaminya. Nggak lama kemudian, Adnan datang dan langsung memukul wajah korban.
4. Kasus Guru Budi
Kasus ini sempat jadi omongan seantero negeri. Seorang siswa dikabarkan telah menganiaya gurunya sendiri hingga tewas. Korban bernama Ahmad Budi Cahyono, guru honorer SMAN 1 Sampang. Ia meninggal dunia karena dianiaya oleh siswanya berinisial HI.
Kejadian murid membunuh gurunya sendiri tersebut terjadi di SMAN 1 Torjun, Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur.
Peristiwa ini berawal dari dalam kelas saat korban mengisi pelajaran di kelas XII. Korban menegur pelaku karena tidak menghiraukan pelajaran yang disampaikan korban. Sampai beberapa kali ditegur, pelaku tetap tidak menghiraukan sehingga terjadi debat antara keduanya. Setelah perdebatan terjadi, pelaku kemudian menganiaya korban.
Kepala SMAN 1 Torjun, Pak Amat, membenarkan peristiwa yang terjadi di sekolahnya. Bahkan korban sempat bercerita kepada Pak Amat terkait keributan di dalam kelasnya. Namun, kondisi korban sesaat setelah peristiwa itu masih sehat-sehat saja.
Kabar mengejutkan datang tiba-tiba dari keluarga korban bahwa sampai di rumahnya korban nggak sadarkan diri. Setelah itu, korban dibawa ke rumah sakit di Sampang. Karena kondisinya semakin kritis, korban langsung dirujuk ke Surabaya. Namun, korban nggak bisa diselamatkan dan meninggal di Surabaya.
5. Murid SMP yang Hajar Guru Pake Kursi di Pontianak
Kepala SMP Darussalam Ahmad Bustomi mengungkapkan, berdasarkan penuturan dari para guru, kejadian tersebut berawal ketika mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas VIII. Saat pelajaran tengah berlangsung, salah seorang murid NF malah bermain telepon seluler (ponsel).
Guru yang mengajar saat itu sempat menegur NF, tetapi nggak digubris. Guru tersebut kemudian masuk ke ruang guru sambil menangis. "Teguran sang guru itu nggak dihiraukan pelaku, mungkin karena kesal nggak dihargai dan sedih, guru itu kemudian masuk kantor guru," ujar Bustomi, Kamis (8/3/2018) siang.
Saat di ruang guru, korban melihat rekan sesama guru itu menangis dan kemudian menuju ruang kelas dengan maksud hendak menenangkan suasana di dalam kelas tersebut. Korban kemudian menegur NF yang saat itu masih asyik bermain ponsel dan merebut ponsel tersebut dari tangan pelaku.
Nggak terima ditegur, NF kemudian memukul korban menggunakan kursi plastik hingga korban sempoyongan. Ponsel yang dipegang korban saat itu terlepas dan terempas ke lantai. Melihat ponselnya terlepas dari pegangan korban, pelaku kemudian mengambilnya lalu melemparkannya ke korban tepat mengenai bagian lehernya. Kondisi kelas saat itu sepi karena siswa lainnya ikut keluar begitu guru mata pelajaran mereka keluar.
"Pelaku nggak terima, dan sempat ada adu mulut, mungkin karena kesal kursi plastik tempat duduk dia dipukulkan," ucapnya. Atas peristiwa tersebut, korban kemudian dibawa ke rumah sakit dan masih menjalani perawatan.