HAI-ONLINE.COM - Berawal dari komunitas penggemar musik cadas yang doyan meng-cover band metal dari luar negeri macam Metallica, Sepultura, dan Kreator. Akhirnya menjelma menjadi sebuah sub-kultur yang hidup sampai sekarang di Ibukota.
Virus metal disebar dari apotek, lewat pub dan turun ke sekolah dan kampus. Ungkapan ini ada benarnya juga. Karena memang begitu adanya penyebaran scene metal di Indonesia, khususnya Jakarta, dan lebih konkretnya lagi Jakarta Selatan. Inilah awal mula kisah metal masuk ke Jakarta.
Sebenarnya nggak jauh berbeda dari kondisi sekarang sih. Band-band cadas sejak awal tahun 2000-an sudah dapet sambutan meriah di acara-acara sekolah macam PL Fair (SMA Pangudi Luhur), Alseace (Al Azhar BSD), Labs Project (SMA Labs School Rawamangun), Alseace (Al Azhar BSD), dan lain-lain.
CEK JUGA:4 Gigs Penting Bagi Skena Musik Independen Indonesia
Dulu pun sekitar pertengahan sampai akhir 1980-an, musik-musik cadas lebih diterima di pentas seni sekolahan. Virus metal juga udah dilancarkan di berbagai acara sekolah “angkatan tua” seperti PL Fair, Pamsos (SMA 6 Jakarta, sebelum punya pensi Klassix, RED), dan HSK (SMA 34 Jakarta).
Lantas apa bedanya?
Kalo sekarang band-band metal bisa langsung mengandalkan lagu-lagu karya sendiri pas tampil di pensi. Dulu sih boro-boro. Mereka seperti punya kewajiban untuk memainkan lagu band-band cadas mancanegara yang lagi ngetop.
"Alasan kami jadi band cover waktu itu adalah karena musik belum dihargai. Bikin album nggak ada royaltinya. Bawain lagu sendiri nggak ditanggapin. Akhirnya kami semua bermusik dengan bawain lagu orang. Sekalian melatih skill. Dulu kan makin keras dan cepat, dianggap oke,” ujar Jaya, eks gitaris Roxx.
Roxx, di tahun 1989, pernah jadi panutan baru band cadas ibukota karena dianggap sebagai pembuka jalan untuk band-band metal gara-gara lagu mereka, Rock Bergema. Lagu ini selalu jadi pilihan lagu favorit saban ada kompetisi band rock yang banyak banget digelar di era itu.
Musik Roxx dianggap fresh karena di era awal sampai pertengahan 1980-an, musik cadas yang sering jadi contoh adalah God Bless, SAS, sampai Elpamas. Musik ketiganya juga berkiblat dari luar. Tapi lebih ke band-band hard rock seperti Iron Maiden, Motley Crue, Van Halen, dan Def Leppard.
NGGAK SUKA MAINSTREAM
Makin mendekati tahun 90-an, tren berganti. Anak-anak band masa itu nggak lagi bergantung pada genre hard rock, yang diusung band-band tadi. Era metal pun lahir, dengan membawa sederet band panutan dari negeri Abang Sam dan daratan Eropa.