HAI-online.com -Musik Indonesia emang penuh dengan kejutan. Kayaknya, ada aja deh anak muda di masing-masing masa yang ngegebrak lewat karya musiknya.
Ayo, coba kita ingat-ingat lagi. Era 90-an muncul sederet band cadas undergroud yang sukses nembus nasional kayak Koil, Pas Band, hingga Burgerkill. Setelahnya, banyak band indie yang kini masih menghiasi panggung-panggung festival besar kayak Efek Rumah Kaca, The SIGIT, hingga Seringai. Pastinya juga masih lengket di pikiran kita tentang Rich Brian (Dulunya Rich Chigga) yang sukses mendunia.
Bukan sekedar keberuntungan aja, banyak juga poin yang bikin mereka bersuara dan berisi sejak muda. Kamu pun bisa kok jadi #YoungnLoud kayak mereka. Buat inspirasi awal, yuk baca cerita seru soal band-band yang berhasil menantang dunia dan sukses sejak muda, dari masa ke masa!
Selesai baca, langsung ajak temen bandmu latihan, bro. Dan siap-siap untuk ikut kompetisinya di #HAIDay2018
The Tielman Brothers: Empunya Rock Indonesia
Band yang satu ini, duh, jadul banget, tapi tetep keren abis! The Tielman Brothers bisa juga dibilang band Indonesia yang berpengaruh di dunia. Pasalnya, mereka bisa dibilang punya aliran rock sendiri, atau mungkin bisa juga dibilang menciptakan aliran musik sendiri.
Soalnya, The Tielman Brothers bisa dibilang sebagai band tertua asal Indonesia. Mereka sekumpulan saudara sedarah dari keturuan Herman Tielman asal Kupang dan Flora Lorine Hess.
The Tielman Brothers merupakan band Belanda-Indonesia pertama yang berhasil masuk internasional pada 1950-an. Mereka adalah salah satu perintis rock n roll di Belanda. Band ini cukup terkenal di Eropa, jauh sebelum The Beatles dan The Rolling Stones.
Bule-bule Belanda biasa menyebut musik mereka Indorock, sebuah perpaduan antara musik Indonesia dan Barat, dan memiliki akar di Keroncong.
The Tielman Brothers ini dulu dikenal sebagai grup rock yang selalu tampil atraktif dan bahkan bermain gitar sambil berguling-guling. Andy Tielman juga mempopulerkan permainan gitar menggunakan gigi. Canggih, kan? Anyway, Andy Tielman pernag manggung di Jakarta Rock Parade 2008 silam. Ia menghembuskan nafas terakhirnya pada 2012 lalu.
Roxx: Anthem Rock Indonesia
Roxx awalnya merupakan penggabungan 2 band lokal yakni Navy Punk dan Skull dengan formasi Trison (vokal), Jaya (gitar), Iwan (gitar), Tony (bass), dan Arry (drum), yang terlebih dahulu memainkan nomor-nomor hard rock dan glam metal pada tahun 1987. Dengan dandanan nyentrik dan glamor, Roxx sering membawakan cover version dari band-band seperti: Mötley Crüe, Def Leppard, dan Whitesnake.
Namun, identitas mereka berubah total setelah sang leader Arry Yanuar mengubah konsep band menjadi band thrash metal yang gemar memainkan cover Metallica, Anthrax, dan Testament. Nah, pada saat itu, cuma Roxx yang mainin musik-musik kayak gini dan bisa dibilang jadi pionirnya di Indonesia
Walaupun telah berusia lebih dari 20 tahun, namun lagu ini tetap membahana di seluruh penjuru tanah air. Bagi yang belum tahu, Rock Bergema adalah singel pertama dari band rock legendaris asal Indonesia, ROXX. Lagu ini mulai dikenal setelah masuk ke dalam album kompilasi Festival Rock Log Zhelebour tahun 1989. Lagu ini juga sering digunakan sebagai lagu tema program musik di beberapa stasiun radio di Indonesia.
Rock Bergema juga yang membawa ROXX menjadi salah satu musisi Indonesia pertama yang yang merilis albumnya di pasar internasional dengan dirilisnya album perdana ROXX pada tahun 1992 oleh Polygram International. Dan, berkat lagu ini pula, beberapa musisi di Indonesia bisa menjadi besar seperti saat ini.
Kita memang nggak mengalami masa keemasan dari lagu Rock Bergema. Namun, untuk mengenal roots musik rock di Indonesia rasanya sangat pas apabila dimulai dari lagu ini. Ya, di tahun 1987, Rock Bergema memang didaulat jadi lagu yang memberi semangat kebangkitan rock lokal. Sebabnya karena lagu ini dirasa punya ciri khas sendiri, nggak mengekor pada tren rock impor saat itu.
Serasa dimotori untuk menciptakan lagu-lagu rock original serupa, maka mulailah muncul keberanian pada band-band lain untuk bangkit dengan rock rasa lokal. Kebangkitan rock lokal pun dimulai!
Pas Band: Band indie lokal pertama
Seperti Pas Band. Saat itu Pas nyaris mengalami kebuntuan karena setiap kali menawarkan demo ke produser rekaman selalu ditolak mentah-mentah. Bahkan ada yang ngusulin agar Pas ganti nama segala. Hal yang sebenarnya nggak ada hubungannya dengan urusan musik. Dengan uang pinjaman Rp 15 juta. Akhirnya mereka memilih buat mengerjakan semuanya sendiri saja.
Music director GMR sekaligus manajer Pas, Samuel Marudut Sitompul mendirikan SAP Music Management, dan merilis album mini Pas, For Through The Sap, 1991. Sama sekali tanpa ada bayangan siapa akan bersedia jadi distributor. Kaset mereka pun beredar dalam jumlah terbatas, nggak kurang dari 5000 biji. Dengan begitu, Pas boleh dibilang merupakan musisi underground generasi pertama yang merekam karyanya tanpa harus melakukan kompromi dengan pihak pengusaha rekaman. Sadar atau tidak, SAP Music Management telah menempatkan dirinya sebagai indie label.
Toh, ketangkasan mereka dalam meraungkan musik altematif akhirnya sampai ke PT Aquarius Musikindo. Pas segera dikontrak, album mini tadi dirilis ulang.
Keberhasilan Pas dengan segera memancing bermunculannya grup underground lain, tapi membawa corak musik masing-masing. Mulai grindcore, deathmetal, hardcore, punk, dan banyak lagi. Jumlahnya kini mencapai ratusan dan bertebaran di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, bahkan sampai Balikpapan.
Pengaruh PAS Band sangat besar untuk generasi di akhir 90 hingga 2000-an. Ada satu lagu PAS Band yang sering banget dibawain saat tampil oleh band-band festival musik rock atau sekedar di cover band SMA, yaitu lagu berjudul Jengah. Apa kalian pernah cover lagu itu? Hehehe....
Pure Saturday: Kuncinya adalah senang-senang
Kesuksesan Pure Saturday berawal dari meniru terobosan Pas Band. Langkah mereka dimulai dengan modal Rp. 1 juta plus pinjaman Rp. 500.000 dari Ambar, manajer Pas. Setelah menjualnya melalui sistem mail order, hasil kerja samanya dengan majalah Hai, Pure Saturday kemudian dilirik Ceepee Production yang bertindak sebagai distributor. Belakangan, Puppen menyusul pula lewat cara serupa. Single Kosong membuat Pure Saturday semakin dikenal oleh kalangan anak muda di Indonesia.
Musik mereka sederhana namun mudah ditangkap dan lirik yang mereka bawa mengusung tema sosial. Hal ini justru membawa angin segar bagi pecinta musik di tanah air.
Setelah asik berindie ria, PS menerima tawaran major label untuk album kedua. Album ini di beri nama Utopia dan dirilis di bawah bendera Aquarius Musikindo. Karena kesibukan dengan keluarga dan bisnis, Pure Saturday sempat menghilang dari dunia musik Indonesia. Sang vokalis, Suar, meninggalkan Pure Saturday pada tahun 2004. Setelah pencarian panjang, akhirnya Satria "iyo", sang manajer band, mengisi posisi vokalis.
Tapi, semangat mereka belum padam. Akhirnya mereka merilis album ketiga mereka yang berjudul Elora pada Maret 2005 di bawah naungan FastForward Records. Album Elora yang dirilis pada tahun 2005 adalah pembaptisan Iyo sebagai vokalis. Bagi Pure Saturday, album ini adalah album perubahan. Berlanjut ke Grey yang dirilis pada 2012 silam.
Apa rahasia PS hingga selalu bertahan? Selama dua puluh tahun, mereka telah meletakkan pondasi penting dalam bermusik yang seringkali dilupakan oleh musisi-musisi yang sekedar ingin tenar. Bersenang-senang. Bersenang-senang bersama tepatnya. Karena mereka sadar bahwa mereka nggak pernah sendiri.
Sheila On 7: Berbicara murni lewat musik
Sheila On 7 sejak awal kiprahnya di kancah musik Indonesia telah menorehkan banyak sekali prestasi, di antaranya menjadi satu-satunya band Indonesia yang mampu menjual album fisik sebanyak lebih dari satu juta copy, tiga album berturut-turut.
Lewat suksesnya album perdana Sheila On 7 (1999), yang dilanjutkan tiga album lainnya yang meledak di pasaran, Kisah Klasik Untuk Masa Depan (2000), Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki (2000) dan 07 Des (2002) . Mereka juga memiliki pendengar-pendengar setia di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei.
Apa sih yang bikin mereka jauh lebih bunyi (bahkan sampai sekarang masih digemari) dibanding band lain?
Mari kita balik ke tahun 1999. Saat itu, Sheila on 7 baru nyemplung ke dunia persilatan musik Indonesia. Di tahun itu juga, Indonesia lagi jadi tuan rumah di dunia musik sendiri. Beberapa nama yang mengkilat di tahun 1999 adalah Potret, Nugie, Jamrud, Iwa K, Neo (dan gerombolan Pesta Rap), Belum lagi barisan band-band yang sudah lebih dulu berkiprah di dunia persilatan musik macam Dewa, dan Slank. Semua nama yang disebut tadi seperti jadi langganan masuk nominasi atau bahkan meraih gelar terbaik di ajang-ajang penganugerahan musik lokal. Menjadi artis atau band “langganan award” waktu itu terasa banget aura selebnya. Mulai dari attitude, hingga dandanan.
Ini yang bikin Duta, Eros, Sakti, Anton dan Adam berbeda. Dengan nama Sheila on 7 (SO7), mereka cuma mengandalkan lagu, tanpa embel-embel attitude dan dandanan khusus. Yup, Modal mereka cuma lagu. Lagu “Dan” yang jadi singel pertama self-tittled album legendaris itu awalnya memang terasa aneh di radio.
Dibangun dari suara ngepop-nya Duta dan sound gitar rock-nya Eros. Tapi keanehan itulah yang akhirnya menjadi daya tarik. Singkat kata lagu dan sound-nya fresh di telinga. Soal penulisan lirik pun sebenarnya bukan yang puitis atau mendobrak norma. Mereka hanya menulis kalimat-kalimat sederhana yang bercerita. Nggak dibuat-buat, apalagi ingin menjadi orang lain.
Tapi begitu melihat jeroan album perdana mereka lebih dalam, orang pun akan tahu kalau kualitas musikalitas mereka cukup bisa mengancam para pemain lama. Terbukti mereka mampu bercokol sebagai band papan atas dengan jejak lagu-lagu klasik yang bisa dinikmati antargenerasi.
Music speaks itself, and SO7 just prove it!
Kelompok Penerbang Roket: Pintar memanfaatkan momen
Trio ini emang cepet banget naiknya. Rilis album pertama pada 2015, di tahun yang sama juga namanya mulai diomongin. Kerennya, mereka juga menang sebuah kompetisi yang digelar sebuah produk, yang hadiahnya rekaman album! Jadilah, album kedua mereka, HAAI, dirilis di tahun yang sama.
Tahun 2016, trio yang digawangi Coki (bass/lead vocal), Ray Marshall (gitar), dan Viki Vikranta (drum) ini makin berkibar. Selain langganan main di pensi dan festival musik, karya mereka juga masuk deretan daftar album terbaik berbagai media. Julukan mereka pun bejibun: mulai juru selamat rock Indonesia hingga masa depan musik rock lokal.
Desember 2017, KPR bikin sejarah lagi dengan menjadi band rock pertama yang tampil dan melakukan rekaman secara live di Gedung Kesenian Jakarta, lewat sebuah pertunjukan bertajuk A Night at Schouwburg.
Menurut Coki, rahasia kesuksesan KPR adalah mereka hadir di saat yang tepat. Saat mereka ngeband, retro 70-an emang lagi ngetren lagi.
“Sampai akhirnya pas kami keluar muncul di publik, momennya pas aja, kayak dunia lagi ngerasain euforia old school itu balik lagi sekarang, esensi itu. Musik mode, fashion, lifestyle, lagi muter gitu," sambungnya.
Yap, kuncinya adalah sadar momen. Ketahui apa yang sedang terjadi, dan prediksi apa yang akan hadir di masa depan. Kalo udah gini, kesuksesan kayak KPR kayaknya tinggal selangkah lagi. Ya nggak?
Sekarang giliran bandmu yang meroket kayak mereka. HAI tunggu!