PENULIS: JEANETT VERICA/ RIZKI RAMADAN
Ngomongin Sneakers, Vans bisa jadi satu-satunya brand klasik yang cepat ngetop lewat jalur non basket dan atletik. Bahkan dalam perkembangannya, brand ini juga makin populer berkat para pengusung musik cadas di Amerika Serikat. Tapi, sneakers Vans lebih dulu nempel dengan dunia skateboarding. Seperti yang terlihat di logo "Off The Wall"-nya, Vans, memang besar di scene skateboarding. Walaupun di Indonesia belum semasif di negara Paman Sam scene skateboardingnya, tapi paling nggak beberapa di antara kita udah kena terpa perjalanan sejarahnya lewat film. Dan Vans tampil di sana.
“Sejak SMA gue suka banget nonton video-video skateboarding gitu, salah satunya Lord of Dogtown. Dari situ gue terinspirasi untuk memakai sepatu yang dipakai oleh para skater. Ditambah lagi gue juga suka musik, jadi gue cari lah sepatu yang mereka pakai. Menurut gue Vans itu street wear yang paling asik. Desainnya seru dan spesial. Karena itu, gue suka Vans,” kata Achmad Asri Anugra, atau akrab disapa Ai' Anugra.
Ya, berawal dari kesukaannya terhadap dunia skateboard dan musik alternatif, banyak anak muda jadi menggilai Vans. Sayang, saat Ai SMA, peredaran Vans masih jarang. Ai pun hanya bisa membeli Vans versi KW-nya. Di perkuliahan, kecintaannya terhadap sneakers langka itu masih ditutupi dengan menggunakan sneakers merk lain, Converse. Hingga akhirnya sejak 2009, setelah Ai sudah memiliki penghasilan dari kerjanya sebagai auditor, kecanduannya terhadap sepatu Vans ia turuti. Satu persatu sepatu Vans rilisan spesial ia buru dari forum komunitas maupun online shop skala internasional.
Walau pun kini Vans sudah membuka gerai resminya di beberapa mal di Indonesia, Ai ngaku hanya satu-dua kali membeli Vans dari sana. “Vans yang untuk gue kasih ke pacar gue doang kayaknya yang beli dari official store Vans indonesia,” celetuk cowok 29 tahun ini.
“Vans pertama gue tuh Vans Oldskool. Beli di Kaskus. Setelah itu jumlahnya nambah terus, jadi banyak,” lanjut Ai.
Jumlah sepatu Vans milik Ai kini nggak kurang dari 30. 20 pasang ia taruh di kosnya, di Setiabudi, Jakarta Selatan. Sisanya ia taruh di rumahnya di Bekasi. Sepatu-sepatu yang ia anggap spesial selalu ia taruh dalam boxnya, ditumpuk di atas lemari. Sepatu yang kemungkinan sering dipakai di pajang di rak sepatu luar kamarnya.
Alasan utama Ai menyukai Vans selain karena gayanya yang street banget, Vans tuh memiliki rajin banget mengeluarkan edisi spesial. Vans bahkan sampai membuka dua lini lainnya selain yang versi general release. Ada Vans Syndicate, lini yang kerap mengajak band, skateboarder, serta street artist berkolaborasi, ada juga Vans Vault untuk kolaborasi dengan butik-butik fashion ternama.
Ketika ditanya koleksi Vans mana yang paling ia favoritkan, Ai kelimpungan menjawab. Maklum, semua koleksinya pasti punya nilai atau ceritanya masing-masing. Vans Supreme Power Corruption and Lies misalnya, sepatu yang desainnya mengambil dari desain album band pop New Order bertajuk sama, Power Corruption and Lies yang dibuat oleh seniman Peter Saville, itu Ai dapatkan dari sebuah forum online seharga USD 180 atau sekitar Rp 2 juta, lebih mahal dari harga resminya yang hanya USD 116. Tapi pastinya tipe Vans yang wajib di miliki Vanshead udah ada di lemarinya.
“Gue emang suka sama New Order. Jadi pas Vans sama Supreme kolaborasi rilis Vans ini pasti gue beli,” kata Ai. Vans edisi musik lainnya yang Ai punya adalah Vans Metallica, Vans Pixies, Slayer, dan Vans H20.