Follow Us

Cerita Bersambung HAI: Menembus Langit Ep 4

Alvin Bahar - Rabu, 12 Oktober 2016 | 07:00
Cerita Bersambung HAI: Menembus Langit Ep 4
Alvin Bahar

Cerita Bersambung HAI: Menembus Langit Ep 4

“ Tapi....,” Aku ingin memberikan alasan lain, tapi tak diteruskan langsung. Aku malah menggaruk-garuk kepala. Kemudian baru aku coba menjelaskan sebuah ikrar yang pernah dipegang sejak kecil.

Begini, aku tumbuh dan besar dengan didikan orangtua yang mengagumkan. Salahsatunya adalah soal pinjam meminjam. Ibu selalu berpesan, jangan pernah sekali-kali meminjam uang dan memakai barang orang lain. Apalagi barang tersebut milik orang yang belum pernah dikenal.

Sebenarnya, amanat yang diucapkan oleh ibu bukanlah nasihat tanpa makna. Membekas dan selalu aku pertahankan. Untuk tidak melanggar pesannya ini ternyata terasa gampang-gampang susah. Gampang diniatkan, susah dijalankan.

Bukannya hari ini saja. Sebenarnya, kesempatan memakai sepeda orang lain sudah pernah ada sejak sekolah dasar. Kala itu aku belum punya sepeda, apalagi mengendarainya. Untuk bisa berdekatan dengan kereta angin, aku mencoba bantu-bantu di bengkel milik Pak Memed. Dari sana ada banyak pelajaran yang kudapat. Ia memberikanku ilmu yang sangat berharga sekali . Tentang dunia persepedaan. Mengenal parts dan gears dan berkenalan dengan semua jenis sepeda yang silih berganti mampir di bengkel. Hingga akhirnya aku sudah mahir menbgutak-ngatik. Kalau soal memperbaiki sepeda rusak, buatku sudah bukan lagi menjadi sesuatu yang menyulitkan.

Nah, kesempatan untuk memakai sepeda di bengkel sepedanya pak Memed sangat banyak. Biasanya, pelanggan yang sepedanya sudah selesai dibetulkan tidak diambil-ambil dalam waktu yang cukup lama. Sang pemilik tak kunjung mampir ke bengkel Pak Memed untuk menebusnya. Makanya, dengan kondisi itu ada banyak pilihan sepeda yang digunakan di bengkel yang dulu pernah menjadi tempat menimba pengalamanku.

Walau kesempatan untuk menggunakan sepeda itu ada, namun pesan ibu kerap aku pegang teguh. Aku tak berani memakainya, apalagi menggunakannya untuk belajar sepeda tanpa sepengetahuan empunya. Buatku, kalau dilakukan itu artinya meminjam tanpa ijin. Kalau demikian berarti aku sudah melakukan sikap yang kurang baik.

Solomon memang aneh. Punya sepeda sendiri, tapi tak pernah mau belajar mengendarainya. Padahal, kalau ia ingin sepeda bapaknya digunakan, aku tak keberatan. Tapi dengan catatan ia yang mengendarainya. Biar resiko kerusakan tak mengganggu kekhawatiranku.

“ Tak mengapa, bapak sudah mengijinkannya,” ungkap Solomon. “ Tuh, liat bapaku seminggu ini tidak ada tugas. Jadi bebas untuk menggunakan sepedanya.” Aku tak perlu mengkonfirmasi ke Pak Marpaung soal apa yang baru saja dikatakan oleh sahabat karibku ini.

Setelah mendengar apa yang dijelaskan oleh Solomon, kemudian hati kecilku berkata. Inilah keduakalinya aku akan melanggar pesan ibu. Yang pertama pada saat aku duduk di kelas 6 SD. Waktu itu aku mencoba ingin belajar memperlancar mengendarai sepeda. Dengan keberanian, aku diam-diam meminjam sepeda kecil milik Ong Hwan, teman sekolah seumuran. Kebetulan sepedanya sudah lama tak dipakai. Temanku yang keturunan Tiongkok itu mengijinkan untuk menggunakan sepeda miliknya. Ada perasaan malu, soalnya aku belajar di rumah Hwan dengan sepeda kecil ukuran untuk balita. Karena hanya sepeda itu saja yang ada, aku lakoni demi menguasai keseimbangan ketika menggowes pedal.

Tapi, kata hati lainku mengatakan pembenaran. Ah, inikan namanya bukan meminjam. Tapi diminta oleh Solomon untuk menggunakannya bersama. Si pemilik juga ikut bonceng di belakang.

“ Mmm… baiklah kalau begitu,” aku mengikuti apa yang dipinta oleh Solomon. Kalau dipikir-pikir betul juga apa yang disarankan oleh Solomon. Jarak untuk ke Anyer lumayan jauh, sementara sepedaku memang terbatas kekuatannya. Kalau dipaksakan menggunakan sepeda bisa jadi perjalanannya akan terganggu. Tidak sesuai yang direncanakan.

“ Nah, begitu dong,” tangan kanannya merangkul pundakku. Rangkulannya hangat, mempererat jalinan persabahatan.

Halaman Selanjutnya

Illustrator: Gio ***

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest