Masih ingat wajah melas ibu Eni atau Saeni (53), pemilik warung tegal (warteg) di Serang yang sempat terkena razia lantaran buka warung di jam puasa. Ibu Saeni tentu lebih ingat lagi sama kejadian dicegat satpol PP yang sampai sekarang menghantuinya.
Kejadian itu pun menimbulkan pro kontra dan sempat heboh di media sosial. Bahkan wajah sedih Saeni pun mengundang simpati banyak orang. Yuk, kita tengok keadan ibu Saeni paska dirazia tempo hari!
Ternyata, Saeni adalah warga Kelurahan Cimuncang, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten. Waktu didatangi KompasCetak, ibu Saeni masih sering termenung. Di warung makannya yang sempit di Jalan Cikepuh, baying-bayang kejadian razia oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang pada Rabu (8/6) masih kerap menghantuinya.
Saat itu, sekitar pukul 12.30, paling tidak 15 petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Serang tiba-tiba masuk ke warungnya. Alasan petugas, Saeni berjualan saat jam beribadah puasa. Padahal Saeni sudah diingatkan tidak boleh berjualan pada siang hari, tapi lewat kertas di bagian depan warungnya..
"Saya tak tahu. Tidak bisa baca. Hanya pernah duduk di kelas I SD (sekolah dasar) selama enam bulan," kata Saeni, Sabtu (11/6) lalu, tentang tempelan kertas yang berisi imbauan bersama dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Serang, Pemerintah Kota Serang, dan Kantor Wilayah Kementerian Agama Kota Serang tentang surat edaran Pemkot Serang mengenai kegiatan yang dilarang pada bulan Ramadhan.
Karena tidak membaca imbauan tersebut, warung Saeni pun kena razia petugas.
Saeni hanya bisa mengiyakan sambil menangis saat petugas satpol PP membungkusi makanan di warungnya dengan plastik. Makanan, seperti telur dadar, telur rebus, ayam goreng, tempe, kikil, usus, mi, sayur nangka, sayur tahu, dan opor ayam itu disita. Kepanikan dan kebingungan terlihat di wajahnya karena modalnya untuk membeli bahan dan memasak makanan tersebut sebesar Rp 600.000 hilang begitu saja.
"Saya nggak ngerti. Hanya minta supaya makanan saya jangan dibawa. Mungkin lima kali saya meminta, tetapi tidak dipenuhi," ujar Saeni, yang sesekali masih terisak saat menceriterakan peristiwa tersebut.
Dalam kondisi panik saat itu, Saeni lari ke warung kelontong milik kenalannya. Ia baru kembali ke warung yang juga menjadi tempat tinggalnya itu sekitar pukul 13.30 dengan sambil gemetaran. Saeni mencoba menelepon suaminya, Alex (48), yang tengah keluar rumah.
"Saya panik hingga hilang akal. Mau menelepon, tetapi tidak tersambung," ujar perempuan asal Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, tersebut.
Warung dan tempat tinggal Saeni dan Alex yang dikontrak Rp 10 juta per tahun itu berukuran 5 x 20 meter. Bagian depan untuk warung makanan. Tembok terlihat kusam dan lembab. Di tempat itu hanya ada satu kamar yang disekat dengan asbes. Bagian tengah bangunan digunakan sebagai dapur.
Video Warteg Saeni menjadi viral, netizen pun rame-rame patungan.