HAI-ONLINE.COM - Pusat Pasar Kerja merupakan unit yang didirikan oleh Kementrian Ketenagakerjaan pada tahun 2021, karena melihat tantangan yang luar biasa di pasar kerja Indonesia, terutama untuk anak muda.
Yup, ditambah lagi dengan situasi yang dialami oleh "generasi Covid" yang agaknya memengaruhi pengembangan kapasitas tenaga kerja.
Keberadaan Pusat Pasar Kerja ini digadang menjadi solusi permasalahan link and match serta ekosistem digital ketenagakerjaan yang jadi keharusan untuk menghadapi era revolusi digital 4.0.
Dalam wawancara eksklusif HAI bersama Kepala Pusat Pasar Kerja, Bapak Muchammad Yusuf, pada Senin (20/2/23), ia menyatakan ada tiga aspek yang mendorong kehadiran unit kerja baru ini.
Baca Juga: Nggak Cuma Buat Kerja, Pelajar SMK Sukses Tingkatkan Skor TOEIC untuk Rebut Beasiswa
"Yang pertama, kita mendapatkan bonus demografi. Di mana dari 270 juta populasi kita itu 60 persennya adalah generasi muda, millenial ke bawah. Kedua, kita ada dalam percepatan proses revolusi industri 4.0 - sekarang udah 5.0. Padahal kita baru aja lepas dari revolusi 3.0. Jadi cepat sekali. Kemudian yang ketiga, kita dapat bonus pengalaman saat Covid. Selama dua tahun ini bener-bener seluruh dunia termasuk kita down. Akhirnya membutuhkan pola kerja baru, cara kerja baru, pergaulan baru, segala hal baru," paparnya kala ditemui di gedung Pusat Pasar Kerja.
Jadi tiga aspek itulah yang diharapkan cuma dialami sekarang aja, sehingga generasi setelahnya bakal bisa lebih stabil lagi.
Nah, dari tiga hal ini Pak Yusuf memaparkan timbulnya distraction dan revolusi.
Maka keberadaan tantangan itulah yang menggerakkan Kementrian Ketenagakerjaan membentuk Pusat Pasar Kerja.
Begitu juga untuk pengembangan talenta muda, di mana Pusat Pasar Kerja pun melihat beberapa tantangan.
Pertama, pada pandemi Covid kemarin terdapat tantangan dari pengalaman bagaimana work from home (WFH), work from anywhere (WFA), yang sampai sekarang masih ramai di gandrungi.