“Mesin ini menggunakan bahan bakar tabung gas portabel dengan kapasitas maksimal 200 gram dan lama waktu penyangraian 8-15 menit,” jelasnya.
Di samping itu, hasil penyangraian mesin ini pun dinilai sangat memuaskan. Selain dapat digunakan sebagai sampling, alat ini juga mampu menentukan jenis kopi yang cocok untuk setiap biji yang disangrai.
“Mesin ini menunjukkan apakah biji kopi tersebut cocok dijadikan espresso, filter, atau jenis kopi yang lain,” ujarnya.
Cara penggunaan mesinnya
Cara penggunaan mesin ini pun sangat mudah. Pertama, pengguna harus menyalakan mesin dan memasukkan biji kopi yang akan disangrai.
Baca Juga: Vidi Aldiano Jadi Kritikus Kopi untuk Fore Coffee: Kalo Rasanya Nggak Enak, Gue Bilang!
Selanjutnya, pengguna dapat membuka aplikasi Blynk di ponsel untuk mengatur suhu dan revolusi per menit (rpm) yang diinginkan.
“Terakhir, mereka (pengguna, red) hanya perlu menunggu notifikasi dari ponsel yang akan menunjukkan bahwa proses sangrai telah usai,” akunya.
Kegiatan yang berlangsung Agustus lalu ini turut diikuti 8 mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi.
Meski sempat mengalami kendala dalam mendetailkan fabrikasi teknis dan sistem komunikasi data, kegiatan pengabdian ini dapat berjalan lancar berkat kontribusi seluruh elemen di dalamnya.
Ke depan, tim KKN Abmas ITS berencana untuk mengedukasi para petani kopi terkait mesin sangrai ini.
“Kami berharap alat ini dapat membantu UMKM dalam mendapatkan kualitas biji kopi yang bagus sekaligus memasarkan hasil panen kopinya,” pungkasnya. (*)