Dengan demikian, penggunaan grafena dapat meningkatkan sifat kelistrikan baterai, memberikan stabilitas kimia yang lebih baik, serta konduktivitas listrik dan kapasitas energi yang lebih tinggi.
Ersyad dan tim meyakini, inovasi yang mereka gagas ini tidak termasuk mahal. Meskipun harus merogoh kocek lebih di awal, penerapan teknologi mereka mampu memberikan daya tahan lebih kuat dan tahan lama sehingga lebih ekonomis.
“Dari hasil pengujian kinerja, BMG menunjukkan 26,67 persen lebih kuat dan memiliki kemampuan untuk bertahan 40 persen lebih lama dari baterai zinc-carbon lain yang ada,” beber mahasiswa Departemen Teknik Kimia ini.
Bersama Ersyad, tim ini beranggotakan tiga mahasiswa Departemen Teknik Kimia lainnya yaitu Eigiant Andarta Atmadja, Gustiana Merdikaningrum, Muhammad Rafli Revansyah, serta mahasiswa Departemen Desain Komunikasi Visual (DKV) Mochammad Arsy Algifany Fudam.
Ke depan, tim ini berharap BMG dapat segera diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari guna mendukung pengembangan green technology.
Berkat inovasi mereka yang berjudul Battery Microalgae Graphene (BMG) – A Combination Paste of Chlorella Sp. and Graphene for an Eco-Friendly Battery: Durability Improvement of Zinc Carbon Battery, Ersyad dan tim berhasil meraih medali emal dalam ASEAN Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEF) 2022 kategori Innovation Science, beberapa waktu lalu. (*)