Follow Us

Menjelaskan 'Pawang Hujan' versi Sains: Modifikasi Cuaca yang Udah Ada di Indonesia Sejak 1977

Alvin Bahar - Selasa, 22 Maret 2022 | 10:05
Jabatan resmi Rara Istiati Pawang Hujan di panitia MotoGP Mandalika 2022 bikin syok. Gajinya juga bikin geleng-geleng kepala.
Facebook

Jabatan resmi Rara Istiati Pawang Hujan di panitia MotoGP Mandalika 2022 bikin syok. Gajinya juga bikin geleng-geleng kepala.

Sifat cara ini adalah higroskopik, karena menggunakan bahanbahan yang mampu menyerap air, seperti garam. Sehingga proses pertumbuhan butir-butir hujan di dalam awan bakal meningkat dan selanjutnya akan mempercepat terjadinya hujan.

Penebarannya sendiri disebut Teknologi Penyemaian Awan (Cloud Seeding). Ini merupakan cara manusia meningkatkan curah hujan yang turun secara alami dengan merubah proses fisika yang terjadi pada awan.

Proses fisika yang diubah (diberi perlakuan) di dalam awan dapat berupa proses tumbukan dan penggabungan (collision and coalescence) atau proses pembentukan es (ice cucleation).

Mencegat Awan Hujan

Untuk melakukan TMC ini kita membutuhkan pesawat khusus penebar garam.

Biasanya sih, pesawat yang dipakai adalah model Cessna atau Hercules (untuk skala besar). Biasanya awan yang jadi target sudah dikejar jauh sebelum sampai ke lokasi yang nantinya diprediksi akan dituruni hujan.

Nih, prosesnya:

1. Langkah pertama siapkan pesawat terbang guna melakukan cloud seeding

2. Mencari awan yang siap untuk disemai. Awan ini ketika dilihat dari angkasa bentuknya menggumpal, berbentuk seperti bunga kol dan berwarna putih mengkilap.

3. Setelah awan yang sesuai ditemukan, maka cloud seeding bisa dilakukan dengan menggunakan garam

4.Biasanya waktu yang dibutuhkan untuk proses penyemaian di dalam awan 10-20 menit. Lalu akan muncul reaksi pada awan tersebut dan akan terjadi hujan.Sejak 1977

Teknologi ini di Indonesia udah terjadi sejak 1977 alias pada masa Presiden Indonesia ke-2, Soeharto yang difasilitasi oleh Prof. Dr. Ing. BJ Habibie melalui Advance Technology sebagai embrio Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), di bawah asistensi Prof. Devakul dari Royal Rainmaking Thailand.

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest