Yang paling kentara, orang-orang non-biner ini biasanya nggak mau diidentifikasikan sebagai cowok atau cewek, panggilan mereka pun bukan Mas atau Mba, apalagi Bapak atau Ibu tapi lebih ke istilah yang jamak dan universal, seperti Kakak, atau Adik dan lebih baik lagi panggil nama langsung, artinya kamu sudah lebih kenal sosok non-biner ini.
Non biner juga mencakup istilah genderqueer, agender, bigender dan lain sebagainya. Dalam konteks ini, identitas gender mereka lebih merujuk pada persepsi internal seseorang.
Dalam berpakaian misalnya, non biner lebih bebas hari ini memakai pakaian maskulin atau besok lebih feminim.
Menurut dr. L. Ayu Saraswati, selaku associate professor Women’s Studies di University of Hawai’i Mānoa, seperti HAI kutip dari VoA Indonesia, bahwa ada baiknya kita tidak mengasumsi gender seseorang, termasuk saat kita melihat seseorang yang ‘tidak terbaca gendernya.’
Tapi, lanjutnya kalo kita di restoran atau tempat umum, sebaiknya tidak perlu mengurusi gender orang lain.
"Itu bukan urusan kamu, istilahnya, kalo tidak tidak ada hubungan pribadi. Kita cukup ajukan service conversation dengan bilang, ‘Halo, selamat siang. Apa kabar?’” lanjut Ayu. “Kenapa juga kamu ingin tahu, ya kan?”
Meski begitu, dr. Ayu juga menjelaskan bahwa gender (seperti biner dan non-biner) dan orientasi seksual (seperti gay dan lesbian) adalah dua hal yang berbeda.
“Gender itu bagaimana kita mesti mengekspresikan diri kita sendiri,” jelas Ayu.
Halaman Selanjutnya
“Kalau orientasi seksual adalah ketertarikan seksual terhadap orang lain.”Editor : Hai
Baca Lainnya
PROMOTED CONTENT
Latest