- Kandidat memposting foto atau informasi yang provokatif ataunggak pantas (53 persen)
- Kandidat memposting konten tentang mereka minum atau menggunakan narkoba (44 persen)
- Kandidat mengomelkan majikan sebelumnya, rekan kerja, atau klien (35 persen)
- Kandidat menunjukkan keterampilan komunikasi yang buruk (29 persen)
- Kandidat membuat komentar diskriminatif (26 persen)
- Kandidat berbohong tentang kualifikasi (24 persen)
Baca Juga: Jangan Sampai Keliru, Ini Perbedaan CV, Resume dan Portofolio
Simak nih5 tipsbagi jobseeker untuk menjaga citra positif secara online:
- Sebelum mulai mencari kerja, hapus semua foto, konten, dan tautan yang dapat membuat kamu terkesan buruk di mata perekrut.
- Pertimbangkan untuk membuat grup profesional kamu sendiri di situs seperti Facebook atau sejenisnya. Ini adalah cara yang bagus untuk menjalin hubungan dengan para pemimpin, perekrut, dan referensi potensial.
- Pertahankan konten yang kamu posting terfokus pada hal-hal positif, entah itu terkait dengan informasi profesional atau pribadi. Pastikan untuk menyoroti pencapaian tertentu di dalam dan luar pekerjaan.
- Selektiflah dalam menerima permintaan pertemanan. Jangan lupa orang lain dapat melihat teman-teman kamu ketika mereka mencari tentang kamu. Pantau komentar yang dibuat oleh orang lain pada akun kamu dan pertimbangkan untuk menggunakan fitur “block komentar”. Lebih baik lagi, atur profil kamu menjadi “private” sehingga hanya teman yang ditunjuk yang dapat melihatnya.
- Jika kamu masih bekerja di suatu perusahaan tapi sedang mencari pekerjaan lain, jangan menceritakan hal ini di Tweet atau status media sosial kamu. Ada beberapa contoh orang yang dipecat karena melakukan hal ini.