Follow Us

Viral Dugaan Pelecehan di KPI Pusat, Dua Hal Ini Jadi Penyebab Mau Ngebully

Hanif Pandu Setiawan - Sabtu, 04 September 2021 | 16:30
Ilustrasi bullying. Bullying dapat berefek jangka panjang bagi korban dan pelaku.
Wikimedia

Ilustrasi bullying. Bullying dapat berefek jangka panjang bagi korban dan pelaku.

Seseorang dengan karakter pendiam biasanya akan bungkam atas perundungan yang diterimanya. Sebab, ada banyak pertimbangan yang ia pikirkan sebelum berani untuk berbicara terus terang.

"Selain karena banyak pertimbangan, karena menurutnya, (perundungan) adalah hal yang sangat memalukan (sehingga) orang lain tidak perlu tahu, cukup disimpan," ujarnya.

Namun, dalam kasus pelecehan seksual atau perundungan yang dialami pegawai KPI Pusat tersebut, Hening berkata bahwa sikap diam yang diambil oleh korban bisa jadi karena menyangkut masalah pekerjaan dan pertimbangan nafkah keluarga juga.

"Mungkin si individu mempertimbangkan banyak hal untuk keluar dari kantornya saat ini karena adalah tidak mudah mencari pekerjaan lain, sementara ada keluarga yang harus dinafkahi," ujarnya.

Baca Juga: Begini Cara Korban Bully Sembuh dari Traumanya Menurut Psikolog

Dugaan pelecehan seksual dan perundungan di KPI

Viralnya kasus dugaan pelecehan seksual dan perundungan di KPI ini berawal ketika pegawai pria berinisial MS memberanikan diri untuk membuka suara dan menceritakan kisahnya dalam sebuah surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo.

Korban mengaku dirinya mengalami perlakuan buruk tersebut sejak tahun 2012. Puncaknya adalah pada tahun 2015, ketika korban dilecehkan secara beramai-ramai oleh para pelaku yang juga pria.

"Tolong Pak Joko Widodo, saya tak kuat dirundung dan dilecehkan di KPI, saya trauma buah zakar dicoret spidol oleh mereka," tulis korban membuka surat terbuka itu.

Selain pelecehan seksual, korban juga mengaku dirinya pernah dipukul, dimaki, dan diperlakukan seperti pesuruh. Perlakuan buruk tersebut membuat korban merasa stres dan terhina, hingga akhirnya mengalami penurunan fungsi tubuh.

Akibatnya, korban didiagnosa hipersekresi cairan lambung dan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Apalagi, sebelumnya ia sempat melapor pada polisi dan atasan di kantornya, namun nggak mendapatkan penanganan serius. (*)

Baca Juga: Sains Bilang Maaf-maafan Punya Manfaat Besar Bagi Fisik & Mental

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest